Senin, 05 Januari 2015

Suction-Water Seal drainage-Nebulazer-Analisa Gas darah

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. SUCTION
1.1. PENGERTIAN SUCTION
1.      Suction            : Aspirasi gas atau cairan dengan cara mekanis. (POTTER, Patricia A, 2014)
2.      Pengisapan      : Aspirasi sekret melalui sebuah kateter yang disambungkan ke mesin pengisap atau saluran pengisap yang ada di dinding. (POTTER, Patricia A, 2009)
3.      Suction                        : Tindakan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lendir secara sendiri. (Alimul, Aziz, 2008)
Kesimpulan
Suction adalah tindakan mengeluarkan sekret, gas atau cairan melalui sebuah kateter yang disambungkan pada mesin penghisap.

1.2.  PRINSIP SUCTION 4A

1.      Aseptik            : Segala upaya yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi.
2.      Asianotik         : Tindakan yang tidak boleh menimbulkan sianosis.
3.      Afektif                        : Tindakan yang dilandaskan gaya atau makna yang menunjukan perasaan dan emosi.
4.      Atraumatik      : Tindakan yang mencegah terjadinya trauma.

1.3. TEKANAN SAAT MELAKUKAN SUCTION

 Tekanan Negatif untuk Pengisapan
Pengesetan Vakum- dinding

Bayi
60-100 mmHg
Anak-anak
100-120 mmHg
Dewasa
120-150 mmHg
Pengesetan Vakum-portabel

Bayi
3-5 incHg atau no 5
Anak-anak
5-8 incHg atau no 8-10
Dewasa
7-15 incHg atau no 18


Gambar kateter suction
















1.4.  Indikasi Suction :

1.      Pasien yang pita suaranya tidak dapat tertutup karena kelemahan otot epiglotis.
2.      Pasien yang koma dengan produksi sputum meningkat.
3.      Pasien yang tidak bisa batuk karena kelumpuhan dari otot pernafasan.
4.      Bayi atau anak dibawah umur 2 tahun dengan produksi sputum meningkat.
5.      Pasien yang sekretnya sangat banyak dan kental, dimana dia sendiri sulit untuk  mengeluarkannya.

1.5.  Komplikasi Suction :

1.      Hipoksia.
2.      Trauma jaringan.
3.      Meningkatkan resiko infeksi.
4.      Stimulasi vagal (menurunkan heart rate) dan bronkospasme.





1.6. MELAKUKAN PENGISAPAN JALAN NAPAS ORAL

1.        Tujuan :
           
1.        Jalan nafas oral bersih dari sekret.
2.        Memfasilitasi pernafasan.
3.        Menurunkan halitosis (bau mulut) dan anoreksia dengan mengeluarkan sekret yang berlebihan di mulut.       

2.        Proses Keperawatan

PENGKAJIAN

Berfokus pada hal-hal berikut :
1.      Status pernafasan (frekuensi pernafasan, bunyi nafas (ronchi/krekels), karakter pernafasan).
2.      Membran mukosa dan bibir (kondisi kelembapan, warna, jumlah dan konsistensi sekret).
3.      Indikator sirkulasi (warna dan suhu kulit, pengisian ulang kapiler, tekanan darah, nadi).
4.      Kemampuan dan kemauan klien untuk melakukan prosedur pengisapan secara mandiri.
5.      Penampilan sekret (warna, jumlah, konsistensi).
6.      Observasi status respiratori : gelisah, tachypnea, sesak nafas.

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Diagnosis keperawatan yang muncul antara lain:
1.      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan kemampuan batuk lemah.
2.      Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan sekret oral yang berlebihan.
3.      Gangguan pola napas berhubungan dengan penumpukan sekret.


PERTIMBANGAN KHUSUS dalam PERENCANAAN  dan IMPLEMENTASI

1.      Umum
Jika klien dewasa mau untuk melakukan prosedur pengisapan secara mandiri, sediakan instruksi bagaimana menggunakan kateter pengisap.

2.      Prediatrik
Prosedur pengisapan pada bayi dilakukan oleh dua orang. Minta bantuan orangtua untuk membantu dan menenangkan bayi.

3.      Geriatrik
Lepas gigi palsu sebelum pengisapan.

4.      Perawatan pengisapan di rumah
Klien dan pemberi perawatan dapat menggunakan spuit dalam prosedur pengisapan di rumah. Alat ini tersedia di apotek. Alat pengisap oral  dapat digunakan secara berulang-ulang setelah dibersihkan dengan sabun dan air.

5.      Kiat hemat biaya
Kateter pengisap oral yangkauer dapat digunakan kembali setelah dibersihkan.

3.        Alat     :

1.         Mesin penghisap
2.         Handuk lebar
3.         Sarung tangan steril
4.         Sarung tangan non steril
5.         Tissue
6.         Plastik
7.         Larutan salin atau air steril
8.         Mangkuk
9.         Swab pelembab oral
10.     Obat kumur
11.     Jeli petroleum
12.     Masker
13.     Stetoskop

IMPLEMENTASI
TINDAKAN
RASIONAL
1.      Jelaskan prosedur kepada klien
1.      Menurunkan kecemasan
2.      Cuci tangan dan atur alat
2.      Mengurangi transfer mikroorganisme dan meningkatkan efisiensi
3.      Periksa alat pengisap apakah berfungsi dengan baik
3.      Mempertahankan keamanan
4.      Atur posisi klien semi fowler atau posisi fowler.
4.      Mempermudah pengisapan sekret di area mulut
5.      Aktifkan mesin pengisap dan tutup ujung selang yang tersambung dengan mesin pengisap dengan jari. Gunakan tekanan 50-120 mmHg
5.      Menguji fungsi alat pengisap
6.      Buka larutan irigasi steril dan tuang ke dalam wadah steril
6.      Memungkinkan untuk membilas slang kateter dengan larutan steril
7.      Buka kemasan obat kumur dan larutkan dalam air
7.      Menyegarkan mulut dan menurunkan jumlah mikroorganisme dalam mulut
8.      Pakai sarung tangan steril
8.      Mencegah kontak dengan sekret
9.      Buka kemasan kateter pengisap
9.      Memfasilitasi akses ke peralatan
10.  Letakan handuk di bawah dagu klien
10.  Mencegah pakaian terkena kotoran
11.  Sambungkan port pengendali kateter pengisapan ke selang mesin pengisapan
11.  Memfasilitasi pengisapan melalui kateter
12.  Lumasi 7.5 sampai 10 cm ujung kateter dengan larutan irigasi
12.  Mencegah trauma mukosa ketika kateter dimasukan
13.  Meminta klien untuk mendorong sekret
13.  Mempermudah pengeluaran sekret
14.  Masukan kateter ke mulut sepanjang dan arahkan ke orofaring sampai klien batuk atau terasa ada tahanan. Pastikan jari tidak menutup lubang port kateter pengisap
14.  Meningkatkan pengeluaran sekresi yang menumpuk
15.  Tarik kateter secara perlahan dan melingkar sambil melakukan pengisapan dengan menutup lubang port kateter pengisap selama kurang dari 10 detik
15.  Mengeluarkan sekret dari orofaring
16.  Hindari kontak langsung kateter dengan membran mukosa yang teriritasi atau luka
16.  Mencegah trauma tambahan pada jaringan oral
17.  Letakan ujung selang kateter pengisap ke dalam larutan steril dan lakukan pengisapan selama 1-2 detik
17.  Membersihkan sekret yang terdapat di dalam selang
18.  Minta klien bernafas 3 atau 4 kali saat anda mengauskultasi bunyi nafas bronkus dan kaji status sekret
18.  Melakukan reoksigenasi, menentukan kebutuhan untuk pengulangan tindakan pengisapan
19.  Ulangi langkah 13-17 sekali atau dua kali jika sekret masih tersisa
19.  Meningkatkan pembersihan jalan nafas
20.  Jika sekret sudah bersih, irigasi mulut dengan obat kumur sebanyak 5-10 ml dan minta klien untuk membilas mulutnya
20.  Membersihkan mikroorganisme dan sekret yang kental, menyegarkan nafas dan memperbaiki sensasi cita rasa
21.  Lakukan pengisapan pada mulut, ulangi tindakan irigasi dan pengisapan
21.  Mengeluarkan sekret dan sisa obat kumur
22.  Buka sambungan selang kateter pengisap dari selang mesin pengisap, matikan mesin dan buang kateter
22.  Menghentikan penggunaan alat
23.  Beri jeli petroleum ke bibir dan pelembab mulut untuk bibir bagian dalam dan lidah jika diinginkan
23.  Mencegah bibir pecah-pecah dan menjaga kelembapan membran
24.  Buang atau simpan semua alat dengan tepat
24.  Menurunkan transfer mikroorganisme, mempersiapkan untuk penggunaan selanjutnya
25.  Buang sarung tangan
25.  Mengurangi penyebaran mikroorganisme
26.  Cuci tangan
26.  Mengurangi transmisi mikroorganisme
27.  Atur posisi klien agar nyaman dengan kepala tempat tidur dielevasikan 45 derajat
27.  Merendahkan diafragma dan meningkatan ekspansi paru
28.  Pasang pagar pengaman tempat tidur dan letakan lampu pemanggil dalam jangkauan klien

28.  Mencegah jatuh dan memfasilitasi komunikasi


1.7. MELAKUKAN PENGISAPAN NASOFARING/NASOTRAKEA

1.        Tujuan:

1.        Membersihkan sekret di jalan napas .
2.        Memudahkan bernapas.

2.    Alat:

1.        Mesin pengisap atau dinding yang dirancang terpasang mesin pengisap
2.        Handuk/ kain lebar
3.        Larutan salin/ air steril
4.        Mangkuk
5.        Kateter pengisap (dewasa ukuran 14-16 fr; anak anak 8-12 fr) atau alat-alat pengisap steril
6.        Sarung tangan steril
7.        Kassa steril
8.        Kertas tissue lembab atau swab kapas
9.        Kaca mata pelindung dan masker/ alat pelindung wajah
10.    Stetoskop
11.    Tissue
12.    Plastik

IMPLEMENTASI
Tindakan
Rasional
1.        Jelaskan prosedur kepada klien
1.      Menurunkan kecemasan
2.        Cuci tangan dan atur-atur alat
2.      Mengurangi penyebaran mikroorganisme; memfasilitasi efisiensi
3.        Atur posisi klien ke posisi semi fowler
3.      Memungkinkan klien untuk bernapas dengan maksimal selama prosedur
4.        Aktifkan mesin pengisap dan tutup ujung slang yang tersambung dengan mesin menggunakan jari. Gunakan tekanan 60 mmHg pada anak-anak dan sampai 120 mmHg pada orang dewasa untuk mengisap sekret yang normal.
4.      Menguji tekanan pengisapan
5.        Buka larutan irigasi steril dan tuang ke dalam wadah steril
5.      Untuk membilas slang kateter dengan larutan steril
6.        Buka kemasan sarung tangan steril dan kateter pengisap
6.      Mempertahankan prosedur asepsis
7.        Letakan handuk di bawah dagu
7.      Mencegah pakaian terkena kotoran
8.        Pasang sarung tangan steril
8.      Mencegah kontak dengan sekret
9.        Minta klien bernapas dengan satu lubang hidung saat lubang hidung yang lain ditutup. Ulangi untuk lubang hidung yang lain
9.      Menentukan kepatenan jalan napas nasal
10.    Minta klien untuk menghembuskan napasnya melalui kedua lubang hidung yang terbuka
10.  Membersihkan jalan napas nasal tanpa mendorong mikroorganisme ke area yang lebih dalam
11.    Bersihkan mukus dan sekret kering di hidung dengan menggunakan kertas tisu atau kapas basah
11.  Meningkatkan integritas kulit
12.    Pasang sarung tangan steril pada tangan yang dominan
12.  Mempertahankan teknik steril
13.    Gulung sebagian slang pengisap mengelilingi tangan dominan. Pegang bagian port pengendali kateter pengisap dengan tangan yang steril dan slang dari mesin pengisap dengan tangan nondominan, sambungkan kateter pengisap ke slang yang tersambung dengan mesin penguap
13.  Mempertahankan sterilitas saat melakukan pengisapan
14.    Geser letak tangan dari port pengendali ke slang pengisap
14.  Mengendalikan slang
15.    Beri pelumas atau lubrikasi pada ujung slang kateter pengisap sepanjang 7.5-10 cm
15.  Mencegah trauma mukosa saat slang kateter dimasukan
16.    Minta klien untuk mengambil napas dalam beberapa kali ( pastikan sumber oksigen dekat klien )
16.  Memberikan oksigen tambahan ke jaringan tubuh sebelum melakukan pengisapan
17.    Masukan kateter ke lubang hidung yang tidak tersumbat dengan melakukan gerakan mendorong ke bawah. PASTIKAN JARI ANDA TIDAK MENUTUP LUBANG PORT KATETER PENGISAP
17.  Memasukan slang kateter tanpa hambatan
18.    Pada saat kateter dimasukan, minta klien membuka mulut
18.  Memudahkan perawat melihat ujung kateter saat dimasukan
19.    Lakukan pengisapan:
·         Ketika kateter terlihat di belakang tenggorok atau terasa ada tahanan. Posisikan ibu jari menutup port kateter pengisap
·         Tarik kateter dengan gerakan sirkular, gulung di antara ibu jari dan jari lainnya
JANGAN MELAKUKAN PENGISAPAN LEBIH DARI 10DETIK
·         Letakan ujung slang kateter pengisap ke dalam larutan steril dan lakukan pengisapan selama 1-2 detik
·         Minta klien bernapas sebanyak 5 kali saat Anda mengauskultasi bunyi napas bronkus dan kaji status sekret
·         Ulangi langkah ini satu atau dua kali jika saat pengkajian ditemukan bahwa sekret masih tersisa. Lanjutkan ke langkah 20 untuk menyelesaikan prosedur

Untuk pengisapan nasotrakea:
·         Pada saat kateter yang dimasukan terlihat di belakang tenggorok atau terasa ada tahanan, minta klien untuk batuk atau napas pendek
·         Setiap kali klien batuk, masukan slang lebih dalam lagi
·         Posisikan ibu jari menutup port kateter pengisap
·         Anjurkan klien untuk batuk


·         Tarik kateter dengan gerakan sirkular, gulung di atara ibu jari dan jari lainnya
19.
·         Melakukan pengisapan



·         Meningkatkan pembersihan di area dan sisi lumen yang luas

·         Mencegah hipoksia


·         Membersihkan sekret yang terdapat di dalam slang


·         Menentukan kebutuhan untuk mengulang pengisapan


·         Membersihkan jalan napas dengan adekuat





·    Membuka trakea dan memfasilitasi slang kateter masuk ke trakea


·    Mengurangi tahanan saat kateter dimasukan
·    Melakukan pengisapan

·    Melepaskan sekret dari jalan napas sehingga pengeluaran sekret lebih mudah
·    Meminimalkan menempelnya kateter ke sisi jalan napas
20.    Selesaikan prosedur pengisapan:
·         Lakukan pengisapan jalan napas oral
·         Buka sambungan slang kateter pengisap dari slang mesin pengisap; matikan mesin, dan buang kateter
·         Buang atau simpan semua alat dengan tepat
20.
·         Membersihkan sekret dari jalan napas oral




·         Mencegah transfer mikroorganisme
21.    Cuci tangan
21. Mengurangi transmisi mikroorganisme
22.    Kaji drainase dan proses penyembuhan insisi dan luka
22. Mendeteksi komplikasi, seperti perdarahan atau memperparah insisi akibat batuk dan mengejan
23.    Atur klien ke posisi yang nyaman
23. Mendukung klien melakukan napas dalam yang lambat
24.    Pasang pagar pengaman tempat tidur dan tempatkan lampu pemanggil dalam jangkauan
24.    Mencegah jatuh; memfasilitasi komunikasi

1.8. MELAKUKAN PENGISAPAN ENDOTRAKEA
1.   Tujuan     :
1.    Mempertahankan jalan napas terbuka untuk membantu pernapasan dan mempertahankan continous positive airway pressure.
2.    Memfasilitasi pembersihan sekret.

2.   Alat           :
1.         Spuit 10 ml
2.         Sarung tangan nonsteril
3.         Mesin pengisap atau dinding yang dirancang terpasang mesin pengisap
4.         Kateter atau set pengisap (dewasa 14-16 Fr; anak-anak 6.5-12 Fr)
5.         Sarung tangan steril
6.         Handuk besar (atau linen pengaman)
7.         Salin irigasi steril dalam wadah steril
8.         Salin (dalam slang yang sudah terisi atau spuit 3-10 ml yang sudah terisi) untuk membilas
9.         Restrain pergelangan tangan (opsional)
10.     Kaca mata pelindung atau kaca pelindung
11.     Gown atau apron pelindung
12.     Masker wajah
13.     Penahan slang endotrakea, plester 2.5 cm atau balutan berperekat elastis
14.     Peralatan perawatan nasal/oral (mis : kapas basah atau pelembap oral, usap oral)
15.     Jeli petroleum
16.     Sfignomamometer
IMPLEMENTASI
Tindakan
Rasional
1.      Jelaskan prosedur kepada klien
1.      Menurunkan kecemasan
2.      Cuci tangan dan atur alat-alat
2.      Mengurangi transfer mikroorganisme; meningkatkan efisiensi
3.      Lakukan semua prosedur yang dapat mengencerkan sekret (mis: drainase postural, perkusi, nebulisasi)
Lanjutkan ke langkah 4 untuk sistem terbuka atau tertutup
3.      Mengeluarkan sekret dari semua lobus

4. Sistem terbuka

1.      Jika mengganti slang ET, siapkan plester
2.      Tentukan panjang kateter yang akan dimasukan :
·      Untuk nasal trakea :
Ukur panjang kateter dari ujung hidung ke daun telinga dan sepanjang sisi samping leher ke kartilago tiroid (Adam’s Apple)
·      Untuk oral trakea :
Ukur panjang kateter dari mulut ke midsternum


1.      Mempertahankan letak slang yang benar

2.      Memastikan ukuran slang
3.      Pasang sarung tangan steril, kaca mata pelindung, gown, dan masker
3.      Melindungi perawat dari kontak dengan sekret
4.      Posisikan klien miring ke samping atau telentang dengan bagian kepala tempat tidur ditinggikan
4.      Memaksimalkan pernapasan selama prosedur
5.      Aktifkan mesin pengisap dan posisikan jari menutup ujung slang yang tersambung dengan mesin pengisap. Tekanan yang digunakan harus berkisar dari 50 mmHg untuk bayi sampai 120 mmHg untuk orang dewasa
5.      Menguji tekanan pengisapan
6.      Buka larutan irigasisteril dan tuangkan ke dalam mangkuk steril. Buka sarung tangan steril dan kemasan kateter pengisap
6.      Untuk membilas kateter dengan larutan steril; mempertahankan sterilitas selama melakukan prosedur
7.      Letakan handuk di bawah dagu klien
7.      Mencegah pakaian terkena kotoran
8.      Pasang sarung tangan steril di tangan yang dominan(dapat juga digunakan tanpa membuka sarung tangan tidak steril)
8.      Mempertahankan teknik yang steril
9.      Gulung sebagian slang pengisap mengelilingi tangan dominan. Pegang port pengendali kateter pengisap dengan tangan yang steril dan slang yang tersambung dengan mesin pengisap di tangan non dominan, sambungkan port slang kateter pengisap dengan slang yang tersambung pada mesin
9.      Mempertahankan sterilitas, memastikan kateter tersambung dengan benar
10.  Geser tangan steril dari port pengendali ke slang kateter pengisap
10.  Mengendalikan slang
11.  Lumasi ujung kateter 7.5-10 cm dengan larutan irigasi
11.  Memfasilitasi kateter masuk ke dalam slang ET
12.  Dengan tangan nonsteril, buka sambungan slang penyedia oksigen dari slang ET dan sambungkan dengan Ambubag. Atur oksigen pada Ambubag hingga 100 % dan aktifkan aliran penuh
12.  Memberikan sumber oksigen tambahan
13.  Minta bantuan asisten untuk memberikan ventilasi, beri 3-55 ventilasi dalam, dan kemudian lepas Ambubag. Jika klien mampu, minta dia untuk mengambil napas dalam 3-5 kali
13.  Memberikan oksigen tambahan ke jaringan tubuh sebelum prosedur pengisapan
14.  Lakukan pengisapan :
·      Masukkan kateter ke dalam slang ET dengan melakukan gerakan memutar ke arah bawah. PASTIKAN JARI TIDAK MENUTUPLUBANG PORT KATETER PENGISAP.
·      Lanjutkan memasukan slang sampai ada tahanan ataubatuk terstimulasi. Jika kateter menemui tahanan setelah dimasukan pada jarak yang diperkirakan, mungkin menyentuh karina. Jika demikian, tarik 1 cm sebelum memasukan lebih jauh atau melakukan pengisapan
·      Posisikan ibu jari menutup port kateter pengisap
·      Minta klien untuk batuk

·      Tarik kateter dengan gerakan sirkular, gulung di antara ibu jari dan jari lainnya
·      JANGAN MELAKUKAN PROSEDUR PENGISAPAN LEBIH DARI 10 DETIK
14.
·         Mencegah trauma pada membran akibat pengisapan oleh slang kateter



·         Melakukan pengisapan









·         Melepaskan dan mengeluarkan sekret
·         Meningkatkan pembersihan pada sisi lumen slang kateter




·         Menghindari hipoxia
15.  Letakan ujung slang kateter pengisap dalam larutan steril selama 1-2 detik
15. Membersihkan sumbatan pada slang dan kateter pengisap
16.  Ulangi langkah 14 sekali lagi. Minta klien bernapas sebanyak 5 kali saat Anda mengauskultasi bunyi napas bronkus dan kaji status sekret.
·         Ulangi langkah ini satu atau dua kali jika saat pengkajian ditemukan bahwa sekret masih tersisa
16. Menentukan kebutuhan untuk mengulangi kembali pengisapan



·         Melakukan pembersihan jalan napas
17.  Kempiskan balon slang ET dan ulangi pengisapan. Kembangkan kembali balon dengan tekanan yang sesuai
17.  Mengeluarkan sekret yang mengumpul di atas balon slang; mencegah taruma pada jaringan trakea akibat tekanan yang berlebihan
18.  Lanjutkan ke langkah 20
18.
Sistem Tertutup

1.    Atur posisi klien miring atau berbaring dengan bagian kepala tempat tidur ditinggikan

2.    Buka kemasan steril alat pengisap

3.    Pasang sarung tangan steril (atau sarung tangan steril di tangan dominan dan sarung tangan bersih di tangan nondominan)

4.    Siapkan 1 unit spuit 10 ml yang berisi salin

5.    Sambungkan slang pengisap ke port kateter pengisap jika belum tersambung
6.    Aktifkan mesin pengisapan dengan tekanan 15%-20% lebih tinggi dari biasanya(120 mmHg)
7.    Masukan kateter 2.5-5 cm ke dalam slang trakea atau 5-7.5 cm ke dalam slang ET
8.    Posisikan ibu jari menutup port kateter pengisap
9.    Stabilisasi slang ET dengan tangan nondominan sementara memasukan kateter sejauh 5 cm sampai mencapai karina (pada titik pengukuran sebelumnya untuk anak)
10.    Tarik 1 cm dan mulai menarik kateter secara perlahan, lakukan pengisapan secara kontinu dan gulung slang kateter di antara jari-jari anda
11.    Ulangi prosedur jika perlu

12.    Tarik kateter sampai garis hitam terlihat di kantung
13.    Tutup port dengan ibu jari dan tahan sementara membilas slang dengan larutan salin dari spuit unit dosis
14.    Kunci port

15.    Tutup port pembilas


16.    Posisikan kateter di dalam tempat penyimpanan
17.    Lakukan pengisapan jalan napas oral dan perawatan mulut
18.    Buka sambungan slang kateter dari slang pengisap yang tersambung dengan mesin, matikan mesin
19.    Kaji drainase pada insisi dan luka dan proses penyembuhan luka


1.        Memaksimalkan pernapasaan saat prosedur

2.        Mempersiapkan alat

3.        Mengurangi tranfers mikroorganisme



4.        Mempersiapkan untuk pembilasan jalur pengisapan

5.        Mempersiapkan pengisapan dan pengeluaran sekret
6.        Untuk menguji tekanan mesin pengisap

7.        Sesuai dengan perawatan slang kateter trakea yang sangat panjang
8.        Melakukan pengisapan

9.        Mencegah slang ET bergerak saat memasukan slang kateter




10.    Mencegah trauma pada membran akibat pengisapan oleh kateter


11.    Memastikan bahwa semua sekret sudah dikeluarkan
12.     

13.    Membilas kateter



14.    Menutup jalan masuk port ke dalam kateter
15.    Mencegah pengisapan yang tidak hati-hati

16.    Efisiensi penggunaan

17.    Mengeluarkan sekret yang terkumpul
18.    Efisiensi peralatan


19.    Memfasilitasi deteksi dini komplikasi atau perdarahan di daerah dari area luka dan insisi
20.    Buang alat dan sarung tangan kotor dengan tepat
20.  Mengurangi tranfer mikroorganisme

21.    Cuci tangan
21. Mengurangi transmisi mikroorganisme
22.    Atur posisi klien dengan kepala tempat tidur dielevasikan 45 derajat , pagar pengaman tempat tidur dipasang, dan lampu pemanggil dalam jangkauan (pasang restarin, jika diprogramkan atau diperlukan)
22. Memaksimalkan ekspansi paru; mencegah jatuh

KRITERIA HASIL

Hasil yang diharapkan :
1.        Kepatenan jalan nafas bagian atas klien dapat tercapai dan dipertahankan.
2.        Rentang frekuensi pernafasan antara 12-20 x/mnt.
3.        Klien memperlihatkan jalan nafas atas yang bersih dan tidak ada sekret yang terkumpul di dalam oral.

EVALUASI

Apakah hasil yang diharapkan tercapai? Contoh evaluasi antara lain :
1.      Hasil tidak tercapai     : Klien masih memperlihatkan adanya sekret yang terkumpul.
2.      Hasil tercapai              : Klien mempertahankan frekuensi pernapasan yang normal.


DOKUMENTASI

Hal-hal yang harus dicatat pada lembar laporan klien antara lain :
1.      Bunyi napas setelah prosedur pengisapan.
2.      Karakteristik pernapasan setelah prosedur pengisapan.
3.      Warna, jumlah dan konsistensi sekret.
4.      Jenis prosedur pengisapan yang dilakukan.
5.      Toleransi terhadap prosedur.
6.      Penggunaan kembali oksigen setelah prosedur.
7.      Kondisi mulut dan membran mukosa oral.

2. WATER SEAL DRAINAGE

2.1. Pengertian Water Seal Drainage
1.         WSD             : Tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah, pus) dari rongga pleura, rongga thorax dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung. (Dorland, 2014)
2.         WSD             : Suatu usaha untuk memasukkan kateter ke dalam rongga pleura dengan maksud untuk mengeluarkan cairan yang terdapat di dalam rongga pleura, seperti misalnya pus pada empisema atau untuk mengeluarkan udara yang terdapat di dalam rongga pleura, misalnya pneumotoraks. (Jean Smith, 2010)
3.         WSD             : Pipa khusus yang dimasukkan ke rongga pleura dengan perantaraan trokar atau klem penjepit bedah. ()
Kesimpulan
WSD adalah tindakan memasukkan kateter ke dalam rongga pleura untuk mengeluarkan pus atau udara dalam rongga pleura.

2.2.  Indikasi untuk Prosedur Water Seal Drainage

a. Pneumothoraks : Pengumpulan udara atau gas lain di dalam ruang pleura. Gas menyebabkan paru menjadi kolaps karena gas tersebut menghilangkan tekanan negative intrapleura dan suatu tekanan (counterpressure) yang diberikan untuk melawan paru, yang kemudian tidak mampu untuk mengembang. Misalnya, disebabkan oleh tikaman atau trauma akibat kecelakaan mobil, akibat rupture bula emfisematosa pada permukaan paru (sebuah bula besar akibat kerusakan yang disebabkan oleh emfisema), atau akibat prosedur infasif, seperti insersi selang intravena subclavia.
b. Hemothorax     : Akumulasi darah dan cairan dalam rongga pleura diantara pleuraparietal dan pleuraviseral, biasanya merupakan akibat trauma. Hemothorax menghasilkan tekanan (counterpressure) dan mencegah paru berekspansi penuh. Hemothorax juga disebabkan oleh rupture pembuluh darah kecil akibat proses inflamasi, seperti pneumonia dan tuberculosis.
c. Thorakotomy    : Insisi bedah dinding dada (Kamus Kedokteran Dorland).
d. Emfisema         : Kumpulan cairan atau pus yang terinfeksi di ruang pleura.

2.3. Kontra indikasi pemasangan Water Seal Drainage
1.    Infeksi pada tempat pemasangan.
2.    Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol.
 
2.4     Ada beberapa jenis sistem WSD :
1.   Single Bottle Water Seal System
Ujung akhir pipa drainase dari dada pasien dihubungkan ke dalam satu botol yang memungkinkan udara dan cairan mengalir dari rongga pleura tetapi tidak mengijinkan udara maupun cairan kembali ke dalam rongga dada. Secara fungsional, drainase tergantung pada gaya gravitasi dan mekanisme pernafasan, oleh karena itu botol harus diletakkan lebih rendah. Ketika jumlah cairan di dalam botol meningkat, udara dan cairan akan menjadi lebih sulit keluar dari rongga dada, dengan demikian memerlukan suction untuk mengeluarkannya. Sistem satu botol digunakan pada kasus pneumothoraks sederhana sehingga hanya membutuhkan gaya gravitasi saja untuk mengeluarkan isi pleura. Water seal dan penampung drainage digabung pada satu botol dengan menggunakan katup udara. Katup udara digunakan untuk mencegah penambahan tekanan dalam botol yang dapat menghambat pengeluaran cairan atau udara dari rongga pleura. Karena hanya menggunakan satu botol yang perlu diingat adalah penambahan isi cairan botol dapat mengurangi daya hisap botol sehingga cairan atau udara pada rongga intrapleura tidak dapat dikeluarkan.
Keuntungan :
1.      Penyusunan sederhana.
2.      Memudahkan untuk mobilisasi pasien
Kerugian :
1.      Saat melakukan drainage, perlu kekuatan  yang lebih besar dari ekspansi dada untuk mengeluarkan cairan / udara.
2.      Untuk terjadinya aliran kebotol, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan dalam botol.
3.      Kesulitan untuk mendrainage udara dan cairan secara bersamaan.

2.   Two Bottle System
System ini terdiri dari botol water-seal ditambah botol penampung cairan. Drainase sama dengan system satu botol, kecuali ketika cairan pleura terkumpul, underwater seal system tidak terpengaruh oleh volume drainase. Sistem dua botol menggunakan dua botol yang masing-masing berfungsi sebagai water seal dan penampung. Botol pertama adalah penampung drainage yang berhubungan langsung dengan klien dan botol kedua berfungsi sebagai water seal yang dapat mencegan peningkatan tekanan dalam penampung sehingga drainage dada dapat dikeluarkan secara optimal. Dengan sistem ini jumlah drainage dapat diukur secara tepat.
Keuntungan :
1.      Mampu mempertahankan water seal pada tingkat yang konstan.
2.      Memungkinkan observasi dan tingkat pengukuran jumlah drainage yang keluar dengan baik.
3.      Udara maupun cairan dapat terdrainage secara bersama-sama.

Kerugian  :
1.      Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol.
2.      Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara sehingga dapat terjadi kebocoran udara.

3.   Three Bottle System
Pada system ini ada penambahan botol ketiga yaitu untuk mengontrol jumlah cairan suction yang digunakan. Sistem tiga botol menggunakan 3 botol yang masing-masing berfungsi sebagai penampung, "water seal" dan pengatur; yang mengatur tekanan penghisap. Jika drainage yang ingin, dikeluarkan cukup banyak biasanya digunakan mesin penghisap (suction) dengan tekanan sebesar 20 cmH20 untuk mempermudah pengeluaran. Karena dengan mesin penghisap dapat diatur tekanan yang dibutuhkan untuk mengeluarkan isi pleura. Botol pertama berfungsi sebagai tempat penampungan keluaran dari paru-paru dan tidak mempengaruhi botol "water seal". Udara dapat keluar dari rongga intrapelura akibat tekanan dalam bbtol pertama yang merupakan sumber-vacuum. Botol kedua berfungsi sebagai "water seal" yang mencegah udara memasuki rongga pleura. Botol ketiga merupakan pengatur hisapan. Botol tersebut merupakan botol tertutup yang mempunyai katup atmosferik atau tabung manometer yang berfungsi untuk mengatur dan mongendalikan mesin penghisap yang digunakan.
Keuntungan :
1.      Sistem paling aman untuk mengatur penghisapan
Kerugian  :
1.      Perakitan lebih kompleks sehingga lebih mudah terjadi kesalahan pada pada perakitan dan pemeliharaan.
2.      Sulit untuk digunakan jika pasien ingin melakukan mobilisasi

System drainase selang dada
Sistem
Keuntungan
Kerugian
Satu Botol
Mempertahankan water seal pada tingkat konstan. Memungkinkan observasi dan pengukuran crainase yang lebih baik

Saat drainase dada mengisi botol, lebih banyak kekuatan diperlukan untuk memungkinkan udara dan cairan pleura keluar dari dada masuk ke botol.
Campuran darah darinase dan udara menimbulkan campuran busa dalam botol yang membatasi garis pengukuran drainase. Untuk terjadinya aliran, tekanan pleural harus lebih tinggi dari tekanan botol.

Dua Botol
Mempertahankan water seal pada tingkat konstan. Memungkinkan observasi dan pengukuran crainase yang lebih baik.

Menambah area mati pada system drainase yang mempunyai potensial untuk masuk ke dalam area pleural Untuk terjadinya aliran, tekanan pleural harus lebih tinggi dari tekanan botol Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara pada adanya kebocoran pleural.

Tiga Botol
System paling aman untuk mengatur penghisapan.

Lebih kompleks, lebih banyak kesempatan untuk terjadinya kesalahan dalam perakitan dan pemeliharaan.


2.4. Letak Pemasangan Water Seal Drainage

1.      Untuk pengeluaran udara dilakukan pada intercostalis 2-3 garis midclavicula, dimasukkan secara antero lateral.
2.      Untuk pengeluaran cairan dilakukan pada intercostalis 7-8-9 mid aksilaris line/dorsal axillar line.

2.5.  Tujuan :

1.      Mengeluarkan cairan dari rongga dada.
2.      Mempertahankan tekanan negative pada rongga pleura.
3.      Memfasilitasi ekspansi dada yang kolaps.
4.      Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada.

2.6.  Alat          :

1.      Set dada sekali pakai
2.      Mesin pengisap dan perlengkapan penghisap lainnya
3.      Sarung tangan steril
4.      Larutan irigasi steril, air salin atau steril (500ml, botol)
5.      Plester dengan lebar 5cm
6.      Spons kas steril
7.      Corong

2.7.  Proses Keperawatan

PENGKAJIAN:

Pengkajian harus berfokus pada hal-hal berikut:
1.      Program dokter untuk jenis system drainase (water seal/ suction) dan jumlah pengisapan.
2.      Tujuan dan lokasi selang dada.
3.      Jenis system drainase yang tersedia.
4.      Kebijakan institusi tentang penggunaan salin atau air dalam system drainase.
5.      Data dasar , antara lain tingkat kesadaran; bunyi napas; penggunaan otot aksesoris;frekuensi, kedalaman, dan karakter napas; warna kulit; frekuensi dan irama nadi; suhu; hasil pemeriksaan oksimetri nadi; hasil pemeriksaan gas darah arteri.
6.      Data terbaru, termasuk perbandingan dengan data dasar dan jenis serta jumlah drainase dada.

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan yang muncul antara lain:
1.      Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru karena adanya cairan atau udara.

IDENTIFIKASI HASIL DAN PERENCANAAN
Hasil yang diharapkan:
1.      Klien bernapas dengan efektif, ditandai dengan pernapasan yang halus dan tanpa usaha serta frekuensi napas dalam rentang normal klien.
2.      Klien mendemonstrasikan reekspansi paru dengan bunyi napas yang dapat terdengar di semua lobus.

PERTIMBANGAN KHUSUS dalam PERENCANAAN dan IMPLEMENTASI

1.      Umum
Peraturan tentang cara kapan klem diberikan atau dilepas pada selang dada sangat bervariasi pada masing-masing institusi dan dokter. Perhatikan kebijakan yang berlaku sebelum keadaan darurat terjadi. Dorong klien untuk melakukan ambulasi dengan bantuan segera setal diperbolehkan.

2.      Pediatric
Imobilitas yang lama dapat mengakibatkan anak frustasi dan gelisah.

3.      Geriatri
Imobilitas yang lama dapat mengakibatkan kekakuan persendian pada klien lansia. Dorong klien untuk melakukan ambulasi dengan bantuan segera setelah diperbolehkan.

4.      Pendelegasian
System drainase dada harus dipantau oleh personal berlisensi dan tidak boleh pada personal asisten lainnya.

IMPLEMENTASI
Tindakan
Rasional
Persiapan system drainase dada.
1.        Cuci tangan dan atur alat.

2.        Buka kemasan salin atau air. Buka pembungkus system drainase dan tegakkan.
3.        Isi botol dengan kadar yang sesuai:


·         Letakkan corong pada slang atau port botol pengendali pengisapan
·         Tuangkan cairan kedalam port pengendali pengisapan hingga jumlah yang diinginkan sesuai program dokter, atau telah mencapai tada garis tertentu pada botol, biasanya mengindikasikan tingkat tekanan air 20cm.
·         Isi botol system drainase water seal setinggi 2cm.


4.      Pasang sarung tangan dan sambungkan system drainase ke slang dada dan mesin pengisap, jika prosedur pengisapan diindikasikan.
5.      Sambungkan slang dari klien ke slang yang msuk ke botol penampung. PERTAHANKAN STERILITAS UJUNG SAMBUNGAN.
6.      Jika akan mengganti system drainase, minta klien untuk mengambil nafas dalam, tahan, dan sedikit berusaha untuk menahan napas selama slang diganti dengan cepat. Beberapa system memiliki kancing luar dan kancing dalam yang memudahkan penggantian system slang, sementara lainnya perlu melepaskan sambungan slang yang terdekat dengan area insersi di dada.
7.      Jika diindikasikan, sambungkan slang dari botol pengendali pengisapan ke mesin pengisap.
8.      Atur aliran pengisapan hingga gelembung-gelembung udara terlihat dalam botol pengendali pengisapan.
9.      Buka dan buang sarung tangan serta alat-alat sekali pakai lainnya
10.  Cuci tangan
11.  Atur posisi klien ke posisi yang nyaman dan letakkan alarm pemanggil dalam jangkauan.
12.   


PERAWATAN SLANG DADA.
1.      Amati adanya gelembung dalam botol water seal. Curigai adanya kebocoran jika terdapat gelembung danklien tidak mengalami pneumothorax. Curigai juga adanya kebocoran udara jika terdapat gelembung dan slang dada di klem atau jika gelembung terlalu banyak. Periksa sambungan slang.
2.        Setiap 1-2 jam (tergantung jumlah drainase atau program dokter) :

·         Beri tanda kepada batas jumlah drainase di botol pengumpul.


·         Monitor system drainase terhadap kemungkinan adanya gelembung pada botol pengontrol pengisapan.

·         Periksa fluktuasi pada botol water seal saat pernapasan.

3.      Jika drainase melambat atau berhenti, lihat kebijakan institusi dan jika diizinkan lakukan milky pada slang dada dengan hati-hati (lakukan striping sebagai jalan terakhir jika tidak bertentangan dengan kebijakan yang berlaku).

Melakukan milking pada slang drainase:

1.    Cuci tangan dan pasang sarung tangan

2.    Pegang slang yang terdekat dengan dada dan tekan slang diantara jari-jari dan telapak tangan.
3.    Letakkan tangan yang lain pada slang bagian bawah dan tekan.


4.    Lepaskan tangan pertama, dan letakkan pada slang dibagian bawah tangan yang lainnya.
5.    Lanjutkan hingga mendekati wadah  drainase.
6.    Jika sudah selesai, buka sarung tangan dan cuci tangan.

Melakukan striping  pada slang drainase


1.    Cuci tangan dan pasang sarung tangan steril
2.    Berikan pelumas pada jari-jari salah satu tangan dan jepit slang dada dengan jari-jari dan tangan lainnya.
3.    Tekan bagian bawah slang yang dijepit dengan jari yang sudah diberi pelumas dan gerakkan jari menuruni slang ke arah system drainase.



4.    Lepaskan jepitan secara perlahan pada jari yang tidak diberi pelumas, kemudian lepaskan jari-jari yang berpelumas
5.    Ulangi langkah ini satu sampai dua kali. Beri tahu dokter jika tidak berhasil membersihkan bekuan dari slang. Pantau akan adanya tension pneumothorax/hemothorax.
6.    Jika sudah selesai, lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
7.    Setiap 2 jam (atau lebih sering jika terlihat ada perubahan)

·    Pantau balutan slang dada untuk mengetahui keadekuatan balutan dari jumlah serta jenis kotoran yang terdapat pada balutan.
·    Kaji bunyi napas.

8.    Setiap 2 sampai 4 jam , pantau tanda vital dan suhu. Lakukan beberapa cara berikut saat merawat slang drainase.

9.      Jika system drainase akan diganti dan mengganggu water-seal , rangkai kembali system water-seal dan kaji klien.
10.  Jika drainase berkurang tiba-tiba, kaji adanya obstruksi (mis. Bekuan atau terlilit) dan lakukan milking pada slang.
11.  Periksa apakah gaya gravitasi system drainase dan system pengisapan berada di bawah tinggi dada klien.



12.  WASPADA UNTUK TERJADINYA PNEUMOTHORAX DAN HEMOTHORAX.


13.  Jika drainase meningkat tiba-tiba atau berubah menjadi berwarna merah terang periksa tanda vital dan status respirasi, serta beri tahu dokter.

14.  Jika balutan terbuka, tutup dengan kassa dan fiksasi dengan plester. Jika diperbolehkan , buka balutan kotor tanpa menyentuh balutan kasa jeli petroleum kemudian beri balutan penutup yang baru.

15.  Jika system drainase menjadi rusak, klem slang dengan klem Kelly atau hemostat dan anti system segera atau letakkan ujung slang kedalam botol steril yang berisi larutan salin, letakkan botol di bawah tinggi dada, dan anti system drainase segera.

CATATAN: JANGAN KLEM SLANG DADA TERLALU LAMA, HANYA BEBERAPA MENIT SAJA (SEPERTI SELAMA PENGGANTIAN SISTEM)

1.    Menurunkan transfer mikroorganisme, meningkatkan efisiensi.
2.    Mempersiapkan alat.

3.    Memberikan jumlah tekanan water seal yang tepat.

·         Mencegah air tumpah.
·         Mengendalikan jumlah tekanan pengisapan.





·         Memungkinkan udara keluar dari dada sementara mencegah refluks udara kedalam dada.








6. Mencegah udara masuk kedalam dada saat water seal dibuka.










7.    Uji peralatan secara efektif


8.    Mengatur aliran pengisapan , bukan tekanan; aliran yang cepat tidak diperlukan jika ada yang bocor.
9.      Mengurangi transfer mikroorganisme

10.  Mengurangi transfer mikroorganisme
11.  Memberikan kenyamanan dan keamanan.




1.    Gelembung mengindikasikan udara masuk kedalam system (dari klien atau kebocoran udara), menentukan apakah udara masuk kedalam system melalui sambungan system yang longgar.



2.    Memastikan program sesuai dengan perintah


·      Mendeteksi adanya perdarahan atau apakah drainase bertambah atau berkurang.

·      Mengindikasikan apakah system pangisapan terpasang dengan utuh.

·      Mengindikasikan kepatenan slang (slang dapat berfluktuasi jika paru reekspansi)
3.    Memperlancar aliran drainase dengan melepaskan bekuan yang mungkin menyumbat slang





·      Striping dapat menyebabkan klien merasa nyeri yang sangat hebat dan dapat menyebabkan perdarahan.
1.    Menurunkan transfer mikroorganisme

2.    Mendorong bekuan darah menuju system drainase.

3.    Gerakkan menekan dengan perlahan tapi pasti dapat meningkatkan pengisapan sehingga memfasilitasi aliran drainase.
4.    Menurunkan transfer mikroorganisme.

5.     

6.    Mengurangi transfer mikroorganisme


·      Mengurangi tarikan pada slang selama melakukan striping;  menstabilkan slang untuk mencegah slang tertarik.
1.    Mengurangi transfer mikroorganisme
2.    Melumasi jari agar memudahkan saat dimasukan

3.    Gerakan penekanan dengan perlahan tapi pasti dapat meningkatkan pengisapan sehingga memfasilitasi aliran (dapat mengganggu proses penyembuhan jaringan dan menyebabkan perdarahan, sehingga harus dilakukan dengan hati-hati)

4.    Memudahkan melepas jepitan



5.    Memastikan pengisapan secara benar




6.     

7.    Memantau perubahan setelah tindakan Memfasilitasi deteksi dan intervensi dini sebelum masalah baru muncul.
·      Menentukan kemungkinan sumber kebocoran , perdarahan atau obstruksi slang dan kebocoran pada area insersi slang.
·      Mengindikasikan kemajuan reinfasi paru.
8.    Mendeteksi adanya komplikasi perdarahan, tension pneumothorax/hemothorax , serta infeksi.
9. Mencegah refluks udara tambahan dan menentukan adanya pneumothorax.


10. Menentukan apakah drainase telah tersumbat dan mengembalikan kepatenan slang.

11. Memberikan gaya tarik gravitasi yang sesuai dan nilai gravitasi yang negative terhadap terhadap water-seal.




12.        Mengindikasikan apakah udara atau darah memasuki rongga dada, meningkatkan tekanan pada struktur dalam rongga dada.

13.  Mengindikasikan perdarahan.




14.  Mempertahankan balutan orisinil di sekitar dada.





15.  Mencegah udara masuk ke dalam dada, mengganti system water-seal sementara.

Evaluasi

Apakah hasil yang diharapkan tercapai ? contoh evaluasi antara lain:
1.        Tujuan tercapai            : Frekuensi pernapasan klien menurun dari 36 menjadi 18x/menit.
2.        Tujuan tercapai            : Bunyi napas klien terdengar di semua lapang paru.

Dokumentasi

Hal-hal yang harus dicatat pada lembar laporan klien antara lain:
1.        Fungsi system (jenis dan jumlah drainase).
2.        Waktu dimulainya pengisapan atau penggantian system.
3.        Status klien (frekuensi pernapasan, bunyi napas, oksimetri nadi, nadi, tekanan darah, warna dan suhu kulit, status mental, dan suhu basal tubuh).
4.        Status balutan dada dan perawatan yang telah dilakukan.
5.        Karakteristik dan jumlah drainase.

3.  MEMBERIKAN OBAT NEBULEZEIR
3.1.   PENGERTIAN NEBULEZIER

1.    Nebulizer         : Perangkat yang berisi obat cair yang berubah menjadi kabut halus dan mudah terhirup ke dalam saluran udara dan paru-paru. (Kamus Kesehatan)
2.    Nebulizer         : Salah satu tindakan pemeliharaan pada sistem pernapasan dalam upaya higienis dengan pembersihan sekret, pelembapan udara, inspirasi dan pemberian terapi. (Alimul, Aziz, 2010)
3.    Nebulizer         : Alat yang dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol secara terus-menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau gelombang ultrasonik. ()
Kesimpulan
Nebulizer adalah perangkat yang berisi obat cair yang diubah menjadi kabut halus dalam upaya pembersihan sekret yang dihirup ke dalam saluran napas dengan dipadatkan atau gelombang ultrasonik.

3.2.       INDIKASI
1.      Bronkospasme akut
2.      Produksi sekret berlebihan
3.      Batuk disertai sesak napas
4.      Epiflotitis.

3.3.       KONTRAINDIKASI
Pada penderita trakeotomi, pada fraktur di daerah hidung.

3.4.       JENIS NEBULIZER

1.        KOMPRESOR
a.         PENGERTIAN
Nebulizer dengan penekan udara, yaitu memberikan tekanan udara  dari pipa ke tutup yang berisi obat cair. Kekuatan dari tekanan udara akan memecah cairan ke dalam bentuk partikel- partikel uap kecil yang dapat dihirup secara dalam ke saluran pernafasan.

b.         GAMBAR ALATNYA









c.          CARA MENGGUNAKANNYA
1.        Letakkan kompresor udara pada permukaan yang mendukung untuk beratnya. Lepaskan selang dari kompresor .
2.        Sebelum melakukan perawatan ini, cuci tangan terlebih dahulu dengan sabun kemudian keringkan.
3.        Hati-hati dalam menghitung pengobatan secara tepat sesuai dengan perintah dan letakkan dalam tutup nebulizer.
4.        Pasang/ gunakan tutup nebulizer dan masker atau sungkup.
5.        Hubungkan pipa ke kompresor aerosol dan tutup nebulizer
6.        Nyalakan kompresor untuk memastikan alat tersebut bekerja dengan baik.
7.        Duduk dalam posisi tegak baik dalam pangkuan atau kursi.
8.        Apabila menggunakan masker, letakkan dalam posisi yang tepat dan nyaman pada bagian wajah.
9.        Apabila menggunakan (mouthpiece) letakkan secara tepat antara gigi dan lidah.
10.    Bernafaslah secara normal lewat mulut. Secara periodic ambil nafas dalam dan tahan selama 2 sampai 3 detik sebelum melepaskan nafas.
11.    Lanjutkan perawatan ini sampai obat habis ( antara 9 sampai 10 menit)
12.    Apabila pasien merasa pusing atau gelisah, hentikan perawatan dan istirahat selama kurang lebih 5 menit.

2.        ULTRASONI

a. PENGERTIAN
Alat ini menghasilkan aerosol melalui osilasi frekuensi tinggi dari piezo-electric crystal  yang berada dekat larutan dan cairan memecah menjadi aerosol. Keuntungan jenis nebulizer ini adalah tidak menimbulkan suara bising dan terus menerus dapat mengubah larutan menjadi aerosol, sedangkan kekurangan alat ini  mahal dan memerlukan biaya perawatan lebih besar.

b.   GAMBAR ALATNYA











3.5.       OBAT-OBAT NEBULIZER BERDASARKAN JEBIS NEBULIZER FARMAKOLOGI OBATNYA:

Obat-obat Nebuleizer :

1. Pulmicort          : kombinasi anti radang dengan obat yang melonggarkan saluran napas.
1. Nacl                  : mengencerkan dahak.
2. Bisolvon cair    : mengencerkan dahak.
3. Atroven            : melonggarkan saluran napas.
4. Berotex            : melonggarkan saluran napas.
5. Inflamid           : untuk anti radang.
6. Combiven         : kombinasi untuk melonggarkan saluran napas.
7. Meptin              : melonggarkan saluran napas.

Kombinasi yang dianjurkan:

* Bisolvon-Berotec-Nacl
* Pulmicort-Nacl
* Combivent-Nacl
* Atroven-Bisolvon-Nacl

a)        FARMAKOLOGI ANTITUSIF

1.        Komposisi: Benzonatat dan kodein.
2.        Cara kerja Obat : Antitusif yang digunakan sejak dahulu, termasuk kodein (hanya generik), hidrokodon (Hycodan), dan dekstrometorfan (benylin dan jenis lain), bekerja secara langsung pada pusat batuk di medula otak untuk menekan refleks batuk. Karena bekerja di pusat, obat ini bukan obat pilihan bagi mereka yang mengalami cidera kepala atau yang mengalami kerusakan sistem saraf pusat (SSP). Obat ini di absorbsi dengan cepat, di metabolisme dalam hati, dan disekresikan melalui urine. Obat ini dapat menembus plasenta dan masuk ke ASI sehingga wanita yang sedang hamil atau menyusui seharusnya tidak menggunakan obat-obatan ini karena memungkinkan adanya efek penekanan SSP janin atau neonatus. Terpin hidrat (hanya generik) menstimulasi sel sekretoridalam lapisansaluran napas, menghasilkan sekret yang lebih banyak, yang mengurangi dampak iritasi dalam dinding saluran napas yang menstimulasi terjadinya batuk.
3.        Indikasi : diindikasikan untuk pengobatan batuk yang tidak produktif.
4.        Kontraindikasi : pasien pasca operasi dan pasien yang baru menjalani pembedahan abdomen dan thorak. Pasien yang mengalami asma dan emfisema disarankan untuk berhati-hati dalam menggunakan obat ini. Wanita yang sedang hamil dan yang sedang menyusui.
5.        Efek samping : Mengeringkan membran mukosa dan dapat meningkatkan kekentalan sekret saluran napas. Efek merugikan pada SSP termasuk rasa kantuk, dan sedasi. Efek yang mengeringkan mukosa dapat mengakibatkan mual, konstipasi, dan keluhan mulut kering. Ketidaknyamanan pada GI, sakit kepala, hidung tersumbat, dan terkadang pusing.

6.        Dosis :
Nama Obat                   Dosis Umum                                                                     Indikasi Umum
Benzonatat
(Tessalon)
Dewasa dan pediatrik (>10 thn): 100 mg PO t.i.d.
Indikasi antitusif diindikasikan untuk pengobatan batuk yang tidak produktif
Kodein (generik)
Dewasa: 10-20 mg PO setiap 4-6 jam
Pediatrik (6-12 thn): 5-10 mg PO setiap 4-6 jam
Pediatrik (2-6 thn): 2,5-5 mg PO setiap 4-6 jam

P dekstrometorfan (Benylin dan lainnya)
Dewasa: 10-30 mg PO setiap 4-8 jam; 60 mg PO
b.i.d. untuk produk kerja lama.
Pediatrik (6-12 thn): 5-10 mg PO setiap 4 jam; 30 mg PO b.i.d. untuk produk kerja lama.
Pediatrik (2-6 thn): 2,5-7,5 mg PO setiap 4-8 jam; 15 mg PO b.i.d. untuk kerja lama.

Hidrokodon (Hycodan)
Dewasa: 5-10 mg PO setiap 4-6 am
Pediatrik (2-12 thn): 1,25-5 mg PO setiap 4-6 jam

Terpin hidrat (generik)
Dewasa: 85-170 mg PO t.i.d.-q.i.d.
Pediatrik (1-4 thn): 20 mg PO t.i.d.-q.id
Pediatrik (5-9 thn): 40 mg PO t.i.d.-q.id
Pediatrik (10-12 thn): 85 mg PO t.i.d.-q.id



b)        FARMAKOLOGI DEKONGESTAN

1.             Komposisi : efedri, oksimetazolin, fenilfrin.
2.             Cara kerja obat : Dekongestan topikal merupakan obat simpatomimetik, yang berarti obat ini meniru efek sistem saraf simpatis untuk menimbulkan vasokontriksi, menyebabkan berkurangnya edema dan inflamasi membran nasal. Kerana obat-obatan ini digunakan secara topikal, awitan aksi hampir segera terjadi dan sedikit kemungkinan memiliki efek sistemik. Pembukaan saluran nasal memungkinkan drainase yang lebuh baik dari tuba eustachi, meredakan tekanan pada telinga tengah.
3.             Indikasi : sinusitis, rinitis alergi.
4.             Kontraindikasi : pasien dengan berbagai kondisi penyakit yang akan mengalami perburukan akibat aktivitas simpatis, seperti glaukoma, hipertensi, diabetes, penyakit tiroid, penyakit tiroid, penyakit jantung koroner, atau masalah prostat.
5.             Efek samping : adanya rasa tersengat lokal dan rasa terbakar, yang dapat terjadi pertama kali ketika menggunakan obat tersebut setelah beberapa kali. Apabila sensasi tersebut tidak menghilang, pasien harus menghentikan penggunaan obat dekongestan topikal karena keadaan tersebut dapat mengindikasikan adanya lesi atau erosi di membran mukosa.
6.             Dosis :
Nama obat
Dosis umum
Indikasi umum
Pseudoefedrin (Dorcol, Decofed)
Dewasa : 60 mg PO setiap 4-6 jam
Pediatrik :
6-12 tahun-30 mg PO setiap 4-6 jam
2-5 tahun-15 mg PO setiap 4-6 jam
1-2 tahun- 0,02 ml/kg PO setiap 4-6 jam
3-12 bln-3 tts/kg PO setiap 4-6 jam
Mengurangi kongesti nasal yang terkait dengan pilek, sinusitis, rinitis alergi, meredakan nyeri dan kongesti pada otitis media.


c).      FARMAKOLOGI BISOLVON

1.        Komposisi :
         Bisolvon Elixir:
5 mL Elixir mengandung Bromhexine hydrochloride 4 mg (mengandung Ethyl alcohol 3.72% v/v).
Bisolvon Kids:
5 mL sirup mengandung Bromhexine hydrochloride 4 mg.
2.        Cara kerja obat :
a.    Absorpsi
       Bromhexine secara cepat diserap di saluran cerna. Bioavailabilitas yang sama ditunjukansetelah penggunaan oral formulasi padat dan cair. Metabolisme jalur pertama berjumlah sekitar 75-80 %. Penggunaan bersamaan dengan makanan akan menyebabkan peningkatan konsentrasi plasma Bromhexine.
b.    Distribusi
        Setelah pemberian secara intravena, Bromhexine akan didistribusikan secara cepat dan luas keseluruh tubuh dengan volume distribusi rata-rata (Vss) hingga 1209± 206 L (19 L/kg). Dari penelitian setelah pemberian Bromhexine secara oral, distribusi ke jaringan paru (bronkus dan parenkim) adalah 32 mg dan 64 mg. Konsentrasi pada jaringan paru dua jam pasca dosis 1.5 – 4.5 kali lebih tinggi pada jaringan bronkiolo-bronkial dan antara 2.4 dan 5.96 kali lebih tinggi pada parenkim paru dibandingkan dengan konsentrasi plasma.
Bromhexine yang tidak berubah akan terikat dengan protein plasma sebesar 95% (non-pengikatan terbatas).
c.    Metabolisme
        Hampir seluruh Bromhexine di metabolisme menjadi berbagai metabolit yang terhidroksilasi dan asam dibromanthranilic. Semua metabolit dan Bromhexine itu sendiri sebagian besar akan terkonjugasi dalam bentuk N-glucuronides dan 0 glucuronides. Tidak ada petunjuk secara substansial terhadap perubahan pola metabolisme oleh Oksitetrasiklin, Sulfonamid, atau Eritromisin. Sehingga tidak mungkin ada interaksi yang relevan dengan substrat CYP 450 2C9 atau 3AA.

d.        Eliminasi
        Setelah pemberian secara i.v. Bromhexine merupakan obat dengan rasio ekstraksi tinggi dalam kisaran aliran darah hepatik, 843 – 1073 mL/menit yang akan menghasilkan variabilitas antar-dan intra-individual tinggi (CV > 30%). Radioaktivitas dalam urin ditemukan setelah pemberian Bromhexine radiolabelled sekitar 97.4 ± 1.9% dari dosis, dengan kurang dari 15 sebagai senyawa induk. Konsentrasi plasma Bromhexine menunjukkan penurunan multi eksponensial. Setelah pemberian oral dosis tunggal antara 8 dan 32 mg, eliminasi terminal paruh berkisar antara 6.6 dan 31.4 jam. Waktu paruh relevan untuk memprediksi farmakokinetik dosis ganda sekitar 1 jam, sehingga tidak ada akumulasi yang terlihat setelah beberapa dosis.
3.        Indikasi :
4.        Dosis :
        
Bisolvon Elixir
        
        
        

Dewasa dan Anak > 10 tahun : 3 x 10 mL per hari.
Anak 5 – 10 tahun : 3 x 5 mL per hari.
Anak 2 – 5 tahun : 2 x 5 mL per hari.
Atau sesuai dengan petunjuk dokter.
Bisolvon Kids (sirup 4 mg/mL)
Dewasa dan anak > 10 tahun : 3 x 10 mL per hari.
Anak 5 – 10 tahun : 3 x 5 mL per hari.
Anak 2 – 5 tahun : 2 x 5 mL per hari
Atau sesuai dengan petunjuk dokter.

5.             Kontraindikasi : Bisolvon tidak boleh digunakan oleh penderita yang hipersensitif terhadap Bromhexine HCl atau komponen lain dalam formula.
Pada kasus tertentu yang sifatnya jarang yaitu kondisi dimana terdapat ketidakcocokan dengan zat tambahan yang terkandung dalam produk obat tersebut, penggunaan produk dikontraindikasikan (lihat pada bagian “Peringatan dan Perhatian“).
6.             Efek samping : Gangguan sistem kekebalan tubuh, gangguan jaringan kulit dan subkutan, dan gangguan pernapasan, mediastinum dan torak: reaksi anafilaksis termasuk syok anafilaktik, angioedema, bronkospasme, ruam, urtikaria, pruritus, dan hipersensitivitas lainnya. Gangguan Saluran Cerna: Mual, muntah, diare dan sakit pada perut bagian atas.

d). FARMAKOLOGI ANTIHISTAMIN

1.             Komposisi : azatadin, azelastin, buklizin, setrizin, klemastin
2.             Cara kerja obat :
         Secara selektif mnghambat efek histamin di tempat reseptor histmin 1, menurunkan respons alergi.
3.             Indikasi : alergi musiman, rinitis alergi, asma
4.             Kontraindikasi : pasien dengan kerusakan ginjal atau hati,
5.             Dosis :

Nama obat
Dosis umum
Indikasi umum
Azelastin(astelin)
dua semprotan di setiap lubang hidung b.i.d
Meredakan gejala rinitis alergi musiman dan tahunan
Buklizin (Bucladin-S)
50-150 mg/hari PO ; gunakan secara hati-hati pada pasien lansia
Meredakan mual dan muntah yang terkait dengan motion sickness
Setrizin (reactin)
Dewasa dan pediatrik > 6 tahun : 5-10 mg/hari PO ; gunakan 5 mg pada kondisi kerusakan hati atau ginjal
Pediatrik 2-5 tahun : 2,5 mg PO setiap 12 jam atau 5 mg/hari PO


6.             Efeksamping : rasa mengantuk dan sedasi, mukosa saluran napas dan GI menjadi kering, mual, aritmia, gatal-gatal.

e.         FARMAKOLOGI ATROVENT
1.    Kandungan : Ipratropium bromide / Ipratropium Br
2.    Indikasi : Kelainan berupa penyumbatan kronis saluran pernafasan dengan bronkospasme yang bersifat reversible seperti asma bronchial dan terutama bronchitis kronik dengan atau tanpa emfisema.
3.    Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap zat atau substansi yang mirip atropine.


4.    Indeks keamanan pada wanita hamil
Baik penelitian reproduksi hewan tidak menunjukan risiko pada janin maupun penelitian terkendali pada wanita hamil atau hewan coba tidak memperlihatkan efek merugikan (kecuali penurunan kesuburan) dimama tidak ada penelitian terkendali yang mengkonfirmasi risiko pada wanita hamil semester pertama (dan tidak ada bukti risiko pada trimester selanjutnya).
5.    Dosis
Dewasa dan anak-anak.

Pengobatan sementara (sebentar-bentar/terputus-putus) dan pengobatan jangka panjang :3-4 kali sehari 2 hembusan. Untuk terus menjaga agar bebas dari gejala-gejala bronkospasme, inhalasi dilanjutkan dengan jarak tiap 4 jam secara teratur. Dosis rumat/pemeliharaan : maksimal 12 hembusan /hari



f.          FARMAKOLOGI VENTOLIN

1.    Komposisi : Salbutamol Sulfat.

2.    Indikasi : Pengobatan & pencegahan asma bronkhial.
Pengobatan pada kondisi lain seperti bronkhitis & emfisema, yang berhubungan dengan penyumbatan saluran pernafasan yang bersifat reversibel.
Terapi pemeliharaan rutin pada asma kronis dan bronkhitis kronis

3.    Dosis

Dewasa :

Bronkhospasme akut dan penanganan episode intermiten pada asma : 1-2 hembusan sebagai dosis tunggal.
Pemeliharaan menahun atau sebagai pencegahan : 3-4 kali sehari 2 hembusan.
Untuk mencegah bronkhospasme yang dipicu oleh latihan/gerak badan yang berlebihan : 2 hembusan sebelum latihan (olahraga).
Anak-anak :
Bronkhospasme akut, penanganan saat asma atau sebelum olahraga : 1 hembusan.
Pencegahan atau pemeliharaan rutin : 3-4 kali sehari 1 hembusan.
Dosis ini dapat ditingkatkan sampai 2 hembusan jika perlu.





g.         FARMAKOLOGI COMBIVENT
1.        Combivent inhalasi Aerosol adalah kombinasi dari bronkodilator antikolinergik, bromide ipratropium, dan bronkodilator beta2-adrenergik, albuterol sulfat.
2.    Mekanisme Kerja
1.    Bromide ipratropium
Bromide ipratropium adalah antikolinergik (parasympatholytic) agen yang, berdasarkan pada penelitian hewan, tampaknya menghambat refleks yang dimediasi oleh  aksi asetilkolin, zat transmitter dirilis di persimpangan neuromuskular di paru-paru. Antikolinergik mencegah peningkatan konsentrasi intraseluler Ca ++ yang disebabkan interaksi asetilkolin dengan reseptor muscarinic pada otot polos bronkus.
2.    Albuterol sulfat
Dalam studi vitro dan in vivo studi farmakologi telah menunjukkan bahwa albuterol memiliki Efek preferensial pada reseptor beta2-adrenergik dibandingkan dengan isoproterenol. Sementara itumengakui bahwa reseptor beta2-adrenergik adalah reseptor dominan pada bronkus halus otot, data terakhir menunjukkan bahwa ada populasi beta2-reseptor di hati manusia yang terdiri antara 10% dan 50% dari reseptor beta-adrenergik jantung. Fungsi reseptor ini, bagaimanapun, belum ditetapkan (lihat PERINGATAN).
3.        Indikasi : Untuk digunakan pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) pada bronkodilator aerosol biasa yang terus memiliki bukti bronkospasme dan yang membutuhkan bronkodilator kedua.
4.        Kontraindikasi : Pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap kedelai lesitin atau produk makanan terkait seperti kedelai dan kacang tanah. Combivent Inhalasi Aerosol juga kontraindikasi pada pasien hipersensitif terhadap komponen lain dari produk obat  atau atropin atau turunannya.
5.   Peringatan
1.Bronkospasme paradoks: Combivent Inhalasi Aerosol dapat menghasilkan bronkospasme paradoks yang dapat mengancam kehidupan. Jika itu terjadi, persiapan harus dihentikan segera dan terapi alternatif dilembagakan. Harus diakui bahwa bronkospasme paradoks, bila dikaitkan dengan formulasi inhalasi, sering terjadi dengan penggunaan pertama dari tabung baru.
2.Kardiovaskular Efek: The albuterol sulfat yang terkandung dalam Combivent Inhalasi Aerosol, seperti agonis beta-adrenergik lainnya, dapat menghasilkan efek kardiovaskular yang signifikan secara klinis pada beberapa pasien, yang diukur dengan denyut nadi, tekanan darah dan / atau gejala. Jika gejala ini terjadi, penghentian obat dapat diindikasikan. Ada beberapa bukti dari data pasca-pemasaran dan literatur yang diterbitkan kejadian langka iskemia miokard berhubungan dengan albuterol. Selain itu, agen beta-adrenergik telah dilaporkan untuk menghasilkan elektrokardiogram (EKG) perubahan, seperti mendatarkan gelombang T, perpanjangan interval QTc, dan depresi segmen ST. Oleh karena itu, Combivent Inhalasi Aerosol harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan gangguan kardiovaskular, insufisiensi terutama koroner, aritmia jantung dan hipertensi.
3. Jangan Melebihi Dosis Rekomendasi: Kematian telah dilaporkan dalam hubungan dengan penggunaan berlebihan obat simpatomimetik inhalasi, pada pasien dengan asma. Penyebab pasti kematiannya tidak diketahui, namun serangan jantung menyusul perkembangan tak terduga dari krisis asma akut dan hipoksia selanjutnya diduga.
4. Reaksi hipersensitivitas Segera: reaksi hipersensitivitas segera dapat terjadi setelah pemberian ipratropium bromida atau albuterol sulfat, seperti yang ditunjukkan oleh urtikaria, angioedema, ruam, bronkospasme, anafilaksis, dan edema orofaringeal. Jika reaksi seperti itu terjadi, terapi dengan Combivent Inhalasi Aerosol harus dihentikan sekaligus dan pengobatan alternatif harus dipertimbangkan.
3.6.       Tujuan  :
Memberikan obat inhalasi ke dalam mukosa dan aliran darah untuk mengatasi gawat napas.

3.7.       Alat       :
1.    Set nebulizer (cangkir, selang, kap, selang bentuk T, mouthpiece atau masker)
2.    Obat
3.    Salin
4.    Kompresor udara, udara dinding atau dinding oksigen
5.    Inhaler dengan dosis terukur
6.    Alat peruang, seperti aerochamber (jika di indikasikan)

3.8.   Proses Keperawatan

 PENGKAJIAN

Pengkajian harus berfokus pada hal-hal berikut:
1.      Status pernapasan klien, termasuk kondisi yang mendasari perlunyapenggunaan obat nebulasi.
2.      Alergi obat atau sensitivitas terhadap lateks (jika menggunakan sarung tangan karet).
3.      Kemampuan klien menggunakan nebulizer atau inhaler dosis terukur.
4.      Pengetahuan klien mengenai obat dan penggunaan nebulizer atau inhaler disisi terukur (meter-dose inhaler).

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul antara lain:
1.      Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan sumbatan jalan napas.
2.      Ketidakefektifan pola napas yang dengan spasme jalan napas.
3.      Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan produksi mukus yang berlebihan.


IDENTIFIKASI HASIL dan PERENCANAAN
Hasil yang diharapkan. Contoh hasil yang diharapkan antara lain :
1.      Klien akan mengalami perbaikan pertukaran gas dengan nilai oksimetri nadi dalam batas normal.
2.      Pola napas klien akan membaik setelah terapi, dengan frekuensi napas 18-20x per menit.
3.      Klien mendemonstrasikan dengan benar penggunaan nebulizer atau inhaler dosis terukur.

PERTIMBANGAN KHUSUS dalam PERENCANAAN dan IMPLEMENTASI

1.      Umum
Dorong klien untuk melakukan praktek higienis oral yang baik setelah menggunakan nebulizer. Amati adanya tanda-tanda infeksi jamur(mis,ada bercak putih). Instruksikan klien untuk membilas mulutnya dengan air atau dengan larutan yang di programkan setelah menggunakan nebulizer.

2.      Pediatrik
Anak mungkin akan menangis jika mereka melihat uap dari alat nebulizer. Tetapi menangis justru bermanfaatkarena meningkatkan kesempatan obat masuk kedalam jalan napas dan paru. Gunakan masker bukan muothpiece untuk bayi dan anak yang masih kecil untuk memfasilitasi inhalasi. Untuk memberikan waktu tambahan inhalasi, gunakan spacer pada anak kecil yang belum memiliki keterampilan manual atau kemampuan untuk mengatur penekanan camster dan inhalasi pada saat bersamaan.


3.      Geriatrik
Gunakan masker bukan mouthpiece pada klien lansia yang mengalami ketidakmampuan seperti artritis, yang mengalami kesulitan menggunakan nebulizer. Untuk memberi waktu tambahan untuk inhalasi, gunakan spacer pada klien lansia yang tidak memiliki kemampuan manual dan kemampuan untuk mengoordinasi penekanan kanister dan inhalasi pada saat bersamaan.

4.      Pendelegasian
Sebagai standar dasar, penyiapan obat, penyuluhan, dan pemberian obat dilakukan oleh perawat vokasional yang berlisensi. Beberapa obat hanya boleh di berikan oleh perawat terdaftar atau terapis pernapasan. Semua perawat terdaftar harus mengamati reaksi yang tidak menguntungkan jika obat berpotensial menimbulkan efek samping. Kebijakan bervariasi bergantung padamasing-masing institusi dan negara bagian. Pastikan membaca kebijakan khusus institusi tentang rute pemberian dan obat sebelum mendelegasikan prosedur pemberian obat!


IMPLEMENTASI

Penggunaan nebulizer tangan
Tindakan
Rasional
1.      Jelaskan kepada klien penggunaan nebulizer
1.      Meningkatkan kepatuhan
2.      Cek program dokter
2.      Memastikan bahwa dosis yang benar di berikan kepada pasien yang benar
3.      Cuci tangan
3.      Mengurangi transfer mikroorganisme
4.      Tuang semua dosis obat ke dalam mangkuk nebulizer
4.      Memastikan keakuratan dosis obat
5.      Tutup mangkuk dengan kap dan kencangkan ujung T-piece ke kap sambungkan  selang besar ke ujung T-piece dan kencangkan mouthpiece ke ujung T-piece lain. Jangan menyentuh bagian dalam mouthpiece
5.      Memberikan ruang hampa untuk mencegah udara ruang masuk ke dalam sistem dan aerosol obat keluar; mencegah terpajan mikroorganisme
6.      Sambungkan slang oksigen ke dasar mangkuk nebulizer dan sambungkan ujung lainnya ke sumber penekanan udara.
6.      Menyediakan saluran untuk udara yang di tekankan
7.      Atur oksigen dinding 6L/menit atau kurang sesuai dengan yang di programkan dan nyalakan tombol oksigen sampai obat mulai membentuk uap. Biarkan selama 10-15 menit, sampai semua obat terinhilasi.
7.      Memberikan oksigen dosis rendah dalam terapi; aliran udara dapat mengubah obat ke dalam bentuk aerosol
8.      Instruksikan klien bernapas dengan bibir mengelilingi mouthpiece; jika menggunakan masker, pastikan bahwa masker di pasang dengan benar ke wajah klien dan dorong klien untuk bernapas pelan dan dalam melalui mulut dan di keluarkan melalui hidung
8.      Memfasilitasi kemanjuran obat; meningkatkan transfer obat ke dalam paru
9.      Jika obat sudah selesai, lakukan higienis tangan dan pasang sarung tangan
9.      Mengurangi transfer mikroorganisme
10.  Buka sambungan slang dari sumber tekanan udara dan mangkuk nebulizer. Jika menggunakan nebulizer sekali pakai, buang nebulizer ke tempat pembuangan yang tepat. Jika nebulizer akan di gunakan kembali, cuci secara hati-hati menggunakan air sabun, bilas, dan keringkan komponen nebulizer
10.  Mengurangi transfer mikroorganisme
11.  Amati klien selama beberapa menit untuk mengkaji respon terhadap obat
11.  Mengamati kemungkinan adanya efek samping
12.  Buka sarung tangan dan cuci tangan
12.  Mengurangi transfer mikroornanisme
13.  Dokumentasikan prosedur dengan tepat
13.  Menyediakan aspek legal dokumentasi pemberian obat


Pemberian inhalasi dosis terukur
Tindakan
Rasional
1.      Buka kap penutup dan pegang inhaler menghadap ke atas
1.      Sebagai teknik pemberian obat yang benar
2.      Kocok inhaler dan sambungkan spacer/aerochamber (pilihan)
2.      Mencampur obat dengan benar
3.      Instruksikan klien untuk menekukkan kepala agak kebelakang dan mengeluarkan napas
3.      Memungkinkan pemberian obat dengan benar
4.      Posisikan inhaler dalam mulut klien dengan bibir tertutup rapat
4.      Sebagai teknik pemberian obat yang benar
5.      Tekan inhaler ke bawah untuk mengeluarkan obat saat klien mulai mengambil napas. Intruksikan klien untuk bernapas secara perlahan
5.      Mendistribusikan obat ke dalam paru
6.      Instruksikan klien untuk bernapas secara perlahan selama 3 sampai 5 detik; bernapas lebih dalam dan panjang dapat dilakukan jika menggunakan spacer. Jika tiupan kedua di programkan, ulangi pemberian obat setelah klien mengeluarkan napas penuh setelah pemberian pertama. Jika obat dalam bentuk kapsul bubuk kering, minta klien menutup mulutnya rapat-rapat mengelilingi mouthpiece dan tarik napas dengan cepat
6.      Meningkatkan distribusi obat ke dalam paru, memberikan seluruh obat yang di programkan dan mencegah ada obat yang tidak di berikan
7.      Tutup kembali obat dan simpan di tempat yang sesuai.
7.      Memungkinkan untuk penggunaan selanjutnya
8.      Amati klien selama beberapa menit untuk mengkaji respon klien terhadap obat
8.      Mengamati kemungkinan adanya efek samping
9.      Buka sarung tangann dan cuci tangan
9.      Mengurangi transfer mikroorganisme
10.  Dokumentasikan prosedur dengan tepat
10.  Menyediakan catatan legal pemberian obat

Evaluasi
Apakah hasil yang diharapkan tercapai? Contoh evaluasi antara lain:
1.      Hasil tercapai  : Klien mengatakan bahwa kondisi pernapasannya mengalami perbaikan.
2.      Hasil tercapai  :  Klien tidak memperlihatkan tanda dan gejala gawat napas.
3.      Hasil tercapai  : Klien mendemonstrasikan penggunaan nebulizer atau inhaler dosis terukur dengan benar.

Dokumentasi
Hal-hal yang harus dicatat pada lembar laporan klien antara lain:
1.      Nama, jumlah, dan rute obat yang di berikan.
2.      Tujuan pemberian obat jika diberikan hanya pada saat diperlukan.
3.      Data pengkajian yang relevan dengan tujuan pengobatan.
4.      Efek obat pada klien.
5.      Penyuluhan tentang penggunaan obat atau teknik penggunaann obat secara mandiri.
4. AGD (ANALISIS GAS DARAH)
4.1. Pengertian :
1.      Analisis gas darah       : Pemeriksaan untuk mengukur keasaman (pH), jumlah oksigen dan karbondioksida dalam darah. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi kerja paru-paru dalam menghantarkan oksigen ke dalam sirkulasi darah dan mengambil karbondioksida dari dalam darah. Analisis gas darah meliputi pemeriksaan PO2, PCO3, pH, HCO3, dan saturasi O2. (Silviana, 2005)
2.      Analisis gas darah       : Tes yang digunakan untuk mengidentifikasi gangguan asam-basa spesifik dan tingkat kompensasi yang telah terjadi. (SMELTZER, Suzanne G, 2002).
3.      Anaalisa gas darah adalah suatu pemeriksaan melalui daerah arteri dengan tujuan mengetahui keseimbangan asam dan basa dalam tubuh, mengetahui kadar oksigen dalam tubuh dan mengetahui kadar karbondioksida dalam tubuh. (Pratiwi, anggi 2010)
Kesimpulan
AGD adalah suatu pemeriksaan untuk mengidentifikasi keseimbangan asam basa, kadar oksigen dan tingkat kompensasi dari darah.

4.2.  Tujuan    :
Tujuan dilakukan analisa gas darah adalah untuk mengetahui:
  1. pH darah
  2. Tekanan parsial Karbon Dioksida (PCO2)
  3. Bikarbonat (HCO3-)
  4. Base excess/deficit
  5. Tekanan Oksigen (PO2)
  6. Kandungan Oksigen (O2)
  7. Saturasi Oksigen (SPO2)


4.3.  Indikasi dari AGD

1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
2. Pasien dengan edema pulmo
3. Pasien akut respiratori distresa sindrom
4. Infark miokard
5. Pneumonia
6. Klien syok
7. Post pembedahan coronary arteri baypass
8. Resusitasi cardiac arrest
9. Klien dengan perubahan status respiratori
10. Anestesi yang terlalu lama

4.4.  Kontraindikasi :

Pengambilan darah arteri tidak dilakukan pada pasien yang sedang menjalani terapi anti koagulan dan pasien dengan riwayat gangguan pembekuan darah.

4.5.  Komplikasi AGD

  1. Adanya risiko jarum mengenai periosteum tulang yang kemudian menyebabkan pasien mengalami kesakitan. Hal ini akibat dari terlalu menekan dalam memberikan injeksi.
  2. Adanya risiko jarum melewati dinding arteri yang berlainan.
  3. Adanya kemungkinan arterial spasme sehingga darah tidak mau mengalir masuk ke syringe.

4.6.  Prosedur

1. Alat yang diperlukan untuk pengambilan darah arteri adalah :

1.         Antiseptik (kapas alkohol)
2.         Kassa steril
3.         Spuit yang steril ukuran 3 cc
4.         Heparin
5.         Kontainer atau es
6.         Label spesimen
7.         Sarung tangan
8.         Pengalas
9.         Bengkok
10.     Plester dan gunting
11.     Betadin

2. Persiapan

1.         Cek catatan medic, meliputi :  Alasan pengambilan spesimen darah.
2.         Riwayat faktor risiko perdarahan : Terapi antikoagulan, gangguan perdarahan, jumlah trombosit yang rendah.
3.         Faktor kontra indikasi dilakukan penusukan pada arteri atau vena : Infus intra vena atau keadaan setelah radikal mastektomi.
4.         Siapkan formulir laboratorium
5.         Cuci tangan
6.         Siapkan alat dan bahan


3. Pelaksanaan

1.         Beri salam, panggil pasien dengan namanya.
2.         Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan dilakukan kepada klien.
3.         Beri kesempatan pada klien untuk bertanya.
4.         Menanyakan keluhan utama klien
5.         Memulai tindakan dengan cara yang baik.
6.         Jaga privacy klien.
7.         Dekatkan peralatan pada klien.
8.         Atur posisi klien agar nyaman
9.         Identifikasi tempat penusukan.
10.     Posisikan klien dengan lengan ekstensi dan telapak tangan menghadap ke atas.
11.     Letakkan pengalas.
12.     Pakai sarung tangan.
13.     Palpasi arteri radial dan brakial dengan jari tangan. Tentukan daerah pulsasi maksimal.
14.     Lakukan test Allen: pengkajian cepat sirkulasi kolateral pada tangan. Caranya dengan sumbat kedua arteri radialis dan ulnaris dengan jari tangan pemeriksa. Mintakan klien untuk mengepalkan tangannya. Jika klien membukakan kepalan tangannya pada kedua arteri yang tersumbat, maka tangan klien akan pucat. Jika pemeriksa melepaskan sumbatan dari salah satu arteri, tangan klien seharusnya berwarna merah muda yang menandakan adanya sirkulasi kolateral. Kaji potensi kedua arteri dengan cara ini secara bergantian jika sirkulasi kolateral kuat maka darah arteri radialis boleh diambil.
15.     Stabilisasikan arteri radial dengan melakukan hiperekstensi pergelangan tangan; stabilisasi arteri brakialis dengan melakukan hiperekstensi siku.
16.     Disinfeksi daerah penusukan di sekitar pulsasi maksimal dengan kapas alkohol dengan gerakan sirkuler dari dalam ke luar atau dengan usapan satu arah.
17.     Pegang kapas akohol dengan jari tangan dan palpasi pulsasi lagi.
18.     Pertahankan jari tangan di daerah proksimal dan daerah penusukan.
19.     Masukkan jarum, dengan sudut 45-90 derajat (sesuai dengan lokasi), langsung ke dalam arteri.
20.     Perhatikan masuknya darah ke dalam spuit yang terlihat seperti "denyutan". Hentikan menusukkan jarum lebih jauh bila terlihat "denyutan" tersebut.
21.     Pertahankan posisi dan tunggu sampai terkumpul 2-4 ml (atau sesuai kebutuhan) darah ke dalam spuit.



4.7.  Nilai Normal Hasil Analisis Gas Darah Arteri

Fungsi pernapasan
Pengukuran
Nilai Normal
Keseimbangan asam basa
pH : konsentrasi ion hidrogen
7,35 – 7,45

PaO2 : tekanan parsial kelarutan oksigen di dalam darah
80 – 100 mmHg
Oksigenasi
SaO2 : persentase ikatan oksigen dengan hemoglobin
95 % - atau lebih
Ventilasi
PaCO2 : tekanan parsial kelarutan karbondioksida dalam darah
35 – 45 mmHg



Ph
PaCO2
HCO3
Asidosis Respiratork
Alkalosis Respiratorik
Asidosis Metabolik
Alkalosis Metabolik
4.8.  Cara Membaca Hasil AGD





                      


1 komentar:

  1. Is 1xbet Korean Bet Worth Playing? - Legalbet
    Is 1xbet korean betting 바카라 legal? — › online › betting › choegocasino online › betting This site is not associated with nor are any reviews of 1xbet.org. The information on this website 1xbet is not 100% reliable.

    BalasHapus