BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. SUCTION
1.1. PENGERTIAN SUCTION
1.
Suction : Aspirasi gas atau cairan dengan
cara mekanis. (POTTER, Patricia A, 2014)
2.
Pengisapan : Aspirasi sekret melalui sebuah kateter
yang disambungkan ke mesin pengisap atau saluran pengisap yang ada di dinding.
(POTTER, Patricia A, 2009)
3. Suction :
Tindakan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lendir secara
sendiri. (Alimul, Aziz, 2008)
Kesimpulan
Suction adalah
tindakan mengeluarkan sekret, gas atau cairan melalui sebuah kateter yang
disambungkan pada mesin penghisap.
1.2.
PRINSIP SUCTION 4A
1.
Aseptik : Segala upaya yang dilakukan untuk
mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan
mengakibatkan infeksi.
2.
Asianotik : Tindakan yang tidak boleh menimbulkan
sianosis.
3.
Afektif : Tindakan yang
dilandaskan gaya atau makna yang menunjukan perasaan dan emosi.
4.
Atraumatik : Tindakan yang mencegah terjadinya trauma.
1.3. TEKANAN
SAAT MELAKUKAN SUCTION
Tekanan Negatif untuk Pengisapan
Pengesetan
Vakum- dinding
|
|
Bayi
|
60-100 mmHg
|
Anak-anak
|
100-120 mmHg
|
Dewasa
|
120-150 mmHg
|
Pengesetan
Vakum-portabel
|
|
Bayi
|
3-5 incHg atau no 5
|
Anak-anak
|
5-8 incHg atau no 8-10
|
Dewasa
|
7-15 incHg atau no 18
|
Gambar
kateter suction
1.4. Indikasi Suction :
1.
Pasien yang pita suaranya tidak dapat tertutup karena kelemahan otot epiglotis.
2.
Pasien yang koma dengan produksi sputum meningkat.
3.
Pasien yang tidak bisa batuk karena kelumpuhan dari otot
pernafasan.
4.
Bayi atau anak dibawah umur 2 tahun dengan produksi sputum meningkat.
5.
Pasien yang sekretnya sangat banyak dan kental, dimana dia sendiri
sulit untuk mengeluarkannya.
1.5. Komplikasi Suction :
1. Hipoksia.
2. Trauma
jaringan.
3. Meningkatkan
resiko infeksi.
4. Stimulasi
vagal (menurunkan heart rate) dan bronkospasme.
1.6.
MELAKUKAN PENGISAPAN JALAN NAPAS ORAL
1.
Tujuan
:
1.
Jalan nafas oral bersih
dari sekret.
2.
Memfasilitasi
pernafasan.
3.
Menurunkan halitosis
(bau mulut) dan anoreksia dengan mengeluarkan sekret yang berlebihan di mulut.
2.
Proses
Keperawatan
PENGKAJIAN
Berfokus pada hal-hal berikut :
1.
Status pernafasan
(frekuensi pernafasan, bunyi nafas (ronchi/krekels), karakter pernafasan).
2.
Membran mukosa dan
bibir (kondisi kelembapan, warna, jumlah dan konsistensi sekret).
3.
Indikator sirkulasi
(warna dan suhu kulit, pengisian ulang kapiler, tekanan darah, nadi).
4.
Kemampuan dan kemauan
klien untuk melakukan prosedur pengisapan secara mandiri.
5.
Penampilan sekret
(warna, jumlah, konsistensi).
6.
Observasi status
respiratori : gelisah, tachypnea, sesak nafas.
DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan yang muncul antara
lain:
1.
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan kemampuan batuk lemah.
2.
Gangguan nutrisi :
kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan sekret oral yang berlebihan.
3.
Gangguan pola napas berhubungan dengan
penumpukan sekret.
PERTIMBANGAN
KHUSUS dalam PERENCANAAN dan IMPLEMENTASI
1.
Umum
Jika klien dewasa mau untuk
melakukan prosedur pengisapan secara mandiri, sediakan instruksi bagaimana menggunakan
kateter pengisap.
2.
Prediatrik
Prosedur pengisapan pada bayi
dilakukan oleh dua orang. Minta bantuan orangtua untuk membantu dan menenangkan
bayi.
3.
Geriatrik
Lepas gigi palsu sebelum
pengisapan.
4.
Perawatan
pengisapan di rumah
Klien dan pemberi perawatan dapat
menggunakan spuit dalam prosedur pengisapan di rumah. Alat ini tersedia di
apotek. Alat pengisap oral dapat
digunakan secara berulang-ulang setelah dibersihkan dengan sabun dan air.
5.
Kiat
hemat biaya
Kateter pengisap oral yangkauer
dapat digunakan kembali setelah dibersihkan.
3.
Alat :
1.
Mesin penghisap
2.
Handuk lebar
3.
Sarung tangan steril
4.
Sarung tangan
non steril
5.
Tissue
6.
Plastik
7.
Larutan salin atau air
steril
8.
Mangkuk
9.
Swab pelembab oral
10. Obat
kumur
11. Jeli
petroleum
12. Masker
13. Stetoskop
IMPLEMENTASI
TINDAKAN
|
RASIONAL
|
1. Jelaskan
prosedur kepada klien
|
1. Menurunkan
kecemasan
|
2.
Cuci tangan dan atur alat
|
2. Mengurangi
transfer mikroorganisme dan meningkatkan efisiensi
|
3. Periksa
alat pengisap apakah berfungsi dengan baik
|
3. Mempertahankan
keamanan
|
4. Atur
posisi klien semi fowler atau posisi fowler.
|
4. Mempermudah
pengisapan sekret di area mulut
|
5. Aktifkan
mesin pengisap dan tutup ujung selang yang tersambung dengan mesin pengisap
dengan jari. Gunakan tekanan 50-120 mmHg
|
5. Menguji
fungsi alat pengisap
|
6. Buka
larutan irigasi steril dan tuang ke dalam wadah steril
|
6. Memungkinkan
untuk membilas slang kateter dengan larutan steril
|
7. Buka
kemasan obat kumur dan larutkan dalam air
|
7. Menyegarkan
mulut dan menurunkan jumlah mikroorganisme dalam mulut
|
8. Pakai
sarung tangan steril
|
8. Mencegah
kontak dengan sekret
|
9. Buka
kemasan kateter pengisap
|
9. Memfasilitasi
akses ke peralatan
|
10. Letakan
handuk di bawah dagu klien
|
10. Mencegah
pakaian terkena kotoran
|
11. Sambungkan
port pengendali kateter pengisapan ke selang mesin pengisapan
|
11. Memfasilitasi
pengisapan melalui kateter
|
12. Lumasi
7.5 sampai 10 cm ujung kateter dengan larutan irigasi
|
12. Mencegah
trauma mukosa ketika kateter dimasukan
|
13. Meminta
klien untuk mendorong sekret
|
13. Mempermudah
pengeluaran sekret
|
14. Masukan
kateter ke mulut sepanjang dan arahkan ke orofaring sampai klien batuk atau
terasa ada tahanan. Pastikan jari
tidak menutup lubang port kateter pengisap
|
14. Meningkatkan
pengeluaran sekresi yang menumpuk
|
15. Tarik
kateter secara perlahan dan melingkar sambil melakukan pengisapan dengan
menutup lubang port kateter pengisap selama kurang dari 10 detik
|
15. Mengeluarkan
sekret dari orofaring
|
16. Hindari
kontak langsung kateter dengan membran mukosa yang teriritasi atau luka
|
16. Mencegah
trauma tambahan pada jaringan oral
|
17. Letakan
ujung selang kateter pengisap ke dalam larutan steril dan lakukan pengisapan
selama 1-2 detik
|
17. Membersihkan
sekret yang terdapat di dalam selang
|
18. Minta
klien bernafas 3 atau 4 kali saat anda mengauskultasi bunyi nafas bronkus dan
kaji status sekret
|
18. Melakukan
reoksigenasi, menentukan kebutuhan untuk pengulangan tindakan pengisapan
|
19. Ulangi
langkah 13-17 sekali atau dua kali jika sekret masih tersisa
|
19. Meningkatkan
pembersihan jalan nafas
|
20. Jika
sekret sudah bersih, irigasi mulut dengan obat kumur sebanyak 5-10 ml dan
minta klien untuk membilas mulutnya
|
20. Membersihkan
mikroorganisme dan sekret yang kental, menyegarkan nafas dan memperbaiki
sensasi cita rasa
|
21. Lakukan
pengisapan pada mulut, ulangi tindakan irigasi dan pengisapan
|
21. Mengeluarkan
sekret dan sisa obat kumur
|
22. Buka
sambungan selang kateter pengisap dari selang mesin pengisap, matikan mesin
dan buang kateter
|
22. Menghentikan
penggunaan alat
|
23. Beri
jeli petroleum ke bibir dan pelembab mulut untuk bibir bagian dalam dan lidah
jika diinginkan
|
23. Mencegah
bibir pecah-pecah dan menjaga kelembapan membran
|
24. Buang
atau simpan semua alat dengan tepat
|
24. Menurunkan
transfer mikroorganisme, mempersiapkan untuk penggunaan selanjutnya
|
25. Buang
sarung tangan
|
25. Mengurangi
penyebaran mikroorganisme
|
26.
Cuci tangan
|
26.
Mengurangi transmisi mikroorganisme
|
27. Atur
posisi klien agar nyaman dengan kepala tempat tidur dielevasikan 45 derajat
|
27. Merendahkan
diafragma dan meningkatan ekspansi paru
|
28. Pasang
pagar pengaman tempat tidur dan letakan lampu pemanggil dalam jangkauan klien
|
28. Mencegah
jatuh dan memfasilitasi komunikasi
|
1.7. MELAKUKAN PENGISAPAN
NASOFARING/NASOTRAKEA
1.
Tujuan:
1.
Membersihkan sekret di jalan
napas .
2.
Memudahkan bernapas.
2. Alat:
1.
Mesin pengisap atau
dinding yang dirancang terpasang mesin pengisap
2.
Handuk/ kain lebar
3.
Larutan salin/ air
steril
4.
Mangkuk
5.
Kateter pengisap
(dewasa ukuran 14-16 fr; anak anak 8-12 fr) atau alat-alat pengisap steril
6.
Sarung tangan steril
7.
Kassa steril
8.
Kertas tissue lembab
atau swab kapas
9.
Kaca mata pelindung dan
masker/ alat pelindung wajah
10. Stetoskop
11. Tissue
12. Plastik
IMPLEMENTASI
Tindakan
|
Rasional
|
1.
Jelaskan prosedur
kepada klien
|
1. Menurunkan
kecemasan
|
2.
Cuci tangan dan
atur-atur alat
|
2. Mengurangi
penyebaran mikroorganisme; memfasilitasi efisiensi
|
3.
Atur posisi klien ke
posisi semi fowler
|
3. Memungkinkan
klien untuk bernapas dengan maksimal selama prosedur
|
4.
Aktifkan mesin
pengisap dan tutup ujung slang yang tersambung dengan mesin menggunakan jari.
Gunakan tekanan 60 mmHg pada anak-anak dan sampai 120 mmHg pada orang dewasa
untuk mengisap sekret yang normal.
|
4. Menguji
tekanan pengisapan
|
5.
Buka larutan irigasi
steril dan tuang ke dalam wadah steril
|
5. Untuk
membilas slang kateter dengan larutan steril
|
6.
Buka kemasan sarung
tangan steril dan kateter pengisap
|
6. Mempertahankan
prosedur asepsis
|
7.
Letakan handuk di
bawah dagu
|
7. Mencegah
pakaian terkena kotoran
|
8.
Pasang sarung tangan steril
|
8. Mencegah
kontak dengan sekret
|
9.
Minta klien bernapas
dengan satu lubang hidung saat lubang hidung yang lain ditutup. Ulangi untuk lubang
hidung yang lain
|
9. Menentukan
kepatenan jalan napas nasal
|
10. Minta
klien untuk menghembuskan napasnya melalui kedua lubang hidung yang terbuka
|
10. Membersihkan
jalan napas nasal tanpa mendorong mikroorganisme ke area yang lebih dalam
|
11. Bersihkan
mukus dan sekret kering di hidung dengan menggunakan kertas tisu atau kapas
basah
|
11. Meningkatkan integritas kulit
|
12. Pasang
sarung tangan steril pada tangan yang dominan
|
12. Mempertahankan
teknik steril
|
13. Gulung
sebagian slang pengisap mengelilingi tangan dominan. Pegang bagian port
pengendali kateter pengisap dengan tangan yang steril dan slang dari mesin
pengisap dengan tangan nondominan, sambungkan kateter pengisap ke slang yang
tersambung dengan mesin penguap
|
13. Mempertahankan
sterilitas saat melakukan pengisapan
|
14. Geser
letak tangan dari port pengendali ke slang pengisap
|
14. Mengendalikan
slang
|
15. Beri
pelumas atau lubrikasi pada ujung slang kateter pengisap sepanjang 7.5-10 cm
|
15. Mencegah
trauma mukosa saat slang kateter dimasukan
|
16. Minta
klien untuk mengambil napas dalam beberapa kali ( pastikan sumber oksigen
dekat klien )
|
16. Memberikan
oksigen tambahan ke jaringan tubuh sebelum melakukan pengisapan
|
17. Masukan
kateter ke lubang hidung yang tidak tersumbat dengan melakukan gerakan
mendorong ke bawah. PASTIKAN JARI ANDA TIDAK MENUTUP LUBANG PORT KATETER
PENGISAP
|
17. Memasukan
slang kateter tanpa hambatan
|
18. Pada
saat kateter dimasukan, minta klien membuka mulut
|
18. Memudahkan
perawat melihat ujung kateter saat dimasukan
|
19. Lakukan
pengisapan:
·
Ketika kateter
terlihat di belakang tenggorok atau terasa ada tahanan. Posisikan ibu jari
menutup port kateter pengisap
·
Tarik kateter dengan
gerakan sirkular, gulung di antara ibu jari dan jari lainnya
JANGAN MELAKUKAN PENGISAPAN LEBIH
DARI 10DETIK
·
Letakan ujung slang
kateter pengisap ke dalam larutan steril dan lakukan pengisapan selama 1-2
detik
·
Minta klien bernapas
sebanyak 5 kali saat Anda mengauskultasi bunyi napas bronkus dan kaji status
sekret
·
Ulangi langkah ini
satu atau dua kali jika saat pengkajian ditemukan bahwa sekret masih tersisa.
Lanjutkan ke langkah 20 untuk menyelesaikan prosedur
Untuk pengisapan nasotrakea:
·
Pada saat kateter
yang dimasukan terlihat di belakang tenggorok atau terasa ada tahanan, minta
klien untuk batuk atau napas pendek
·
Setiap kali klien
batuk, masukan slang lebih dalam lagi
·
Posisikan ibu jari
menutup port kateter pengisap
·
Anjurkan klien untuk
batuk
·
Tarik kateter dengan
gerakan sirkular, gulung di atara ibu jari dan jari lainnya
|
19.
·
Melakukan pengisapan
·
Meningkatkan
pembersihan di area dan sisi lumen yang luas
·
Mencegah hipoksia
·
Membersihkan sekret
yang terdapat di dalam slang
·
Menentukan kebutuhan
untuk mengulang pengisapan
·
Membersihkan jalan
napas dengan adekuat
· Membuka
trakea dan memfasilitasi slang kateter masuk ke trakea
· Mengurangi
tahanan saat kateter dimasukan
· Melakukan
pengisapan
· Melepaskan
sekret dari jalan napas sehingga pengeluaran sekret lebih mudah
· Meminimalkan
menempelnya kateter ke sisi jalan napas
|
20.
Selesaikan prosedur pengisapan:
·
Lakukan pengisapan
jalan napas oral
·
Buka sambungan slang
kateter pengisap dari slang mesin pengisap; matikan mesin, dan buang kateter
·
Buang atau simpan
semua alat dengan tepat
|
20.
·
Membersihkan sekret
dari jalan napas oral
·
Mencegah transfer
mikroorganisme
|
21.
Cuci tangan
|
21.
Mengurangi transmisi mikroorganisme
|
22. Kaji
drainase dan proses penyembuhan insisi dan luka
|
22.
Mendeteksi komplikasi, seperti perdarahan atau memperparah insisi akibat
batuk dan mengejan
|
23. Atur
klien ke posisi yang nyaman
|
23.
Mendukung klien melakukan napas dalam yang lambat
|
24. Pasang
pagar pengaman tempat tidur dan tempatkan lampu pemanggil dalam jangkauan
|
24. Mencegah
jatuh; memfasilitasi komunikasi
|
1.8.
MELAKUKAN PENGISAPAN ENDOTRAKEA
1. Tujuan :
1. Mempertahankan
jalan napas terbuka untuk membantu pernapasan dan mempertahankan continous
positive airway pressure.
2. Memfasilitasi
pembersihan sekret.
2. Alat :
1.
Spuit 10 ml
2.
Sarung tangan nonsteril
3.
Mesin pengisap atau
dinding yang dirancang terpasang mesin pengisap
4.
Kateter atau set
pengisap (dewasa 14-16 Fr; anak-anak 6.5-12 Fr)
5.
Sarung tangan steril
6.
Handuk besar (atau
linen pengaman)
7.
Salin irigasi steril
dalam wadah steril
8.
Salin (dalam slang yang
sudah terisi atau spuit 3-10 ml yang sudah terisi) untuk membilas
9.
Restrain pergelangan
tangan (opsional)
10. Kaca
mata pelindung atau kaca pelindung
11. Gown
atau apron pelindung
12. Masker
wajah
13. Penahan
slang endotrakea, plester 2.5 cm atau balutan berperekat elastis
14. Peralatan
perawatan nasal/oral (mis : kapas basah atau pelembap oral, usap oral)
15. Jeli
petroleum
16. Sfignomamometer
IMPLEMENTASI
Tindakan
|
Rasional
|
1. Jelaskan
prosedur kepada klien
|
1. Menurunkan
kecemasan
|
2. Cuci
tangan dan atur alat-alat
|
2. Mengurangi
transfer mikroorganisme; meningkatkan efisiensi
|
3. Lakukan
semua prosedur yang dapat mengencerkan sekret (mis: drainase postural,
perkusi, nebulisasi)
Lanjutkan
ke langkah 4 untuk sistem terbuka atau tertutup
|
3. Mengeluarkan
sekret dari semua lobus
|
4. Sistem
terbuka
1. Jika
mengganti slang ET, siapkan plester
2.
Tentukan panjang kateter yang akan
dimasukan :
·
Untuk nasal trakea :
Ukur
panjang kateter dari ujung hidung ke daun telinga dan sepanjang sisi samping
leher ke kartilago tiroid (Adam’s Apple)
·
Untuk oral trakea :
Ukur
panjang kateter dari mulut ke midsternum
|
1.
Mempertahankan letak slang yang benar
2.
Memastikan ukuran slang
|
3. Pasang
sarung tangan steril, kaca mata pelindung, gown, dan masker
|
3.
Melindungi perawat dari kontak dengan
sekret
|
4. Posisikan
klien miring ke samping atau telentang dengan bagian kepala tempat tidur
ditinggikan
|
4.
Memaksimalkan pernapasan selama
prosedur
|
5. Aktifkan
mesin pengisap dan posisikan jari menutup ujung slang yang tersambung dengan
mesin pengisap. Tekanan yang digunakan harus berkisar dari 50 mmHg untuk bayi
sampai 120 mmHg untuk orang dewasa
|
5.
Menguji tekanan pengisapan
|
6. Buka
larutan irigasisteril dan tuangkan ke dalam mangkuk steril. Buka sarung
tangan steril dan kemasan kateter pengisap
|
6.
Untuk membilas kateter dengan larutan
steril; mempertahankan sterilitas selama melakukan prosedur
|
7. Letakan
handuk di bawah dagu klien
|
7.
Mencegah pakaian terkena kotoran
|
8. Pasang
sarung tangan steril di tangan yang dominan(dapat juga digunakan tanpa
membuka sarung tangan tidak steril)
|
8.
Mempertahankan teknik yang steril
|
9. Gulung
sebagian slang pengisap mengelilingi tangan dominan. Pegang port pengendali
kateter pengisap dengan tangan yang steril dan slang yang tersambung dengan
mesin pengisap di tangan non dominan, sambungkan port slang kateter pengisap
dengan slang yang tersambung pada mesin
|
9.
Mempertahankan sterilitas, memastikan
kateter tersambung dengan benar
|
10. Geser
tangan steril dari port pengendali ke slang kateter pengisap
|
10.
Mengendalikan slang
|
11. Lumasi
ujung kateter 7.5-10 cm dengan larutan irigasi
|
11.
Memfasilitasi kateter masuk ke dalam
slang ET
|
12. Dengan
tangan nonsteril, buka sambungan slang penyedia oksigen dari slang ET dan
sambungkan dengan Ambubag. Atur oksigen pada Ambubag hingga 100 % dan
aktifkan aliran penuh
|
12.
Memberikan sumber oksigen tambahan
|
13. Minta
bantuan asisten untuk memberikan ventilasi, beri 3-55 ventilasi dalam, dan
kemudian lepas Ambubag. Jika klien mampu, minta dia untuk mengambil napas
dalam 3-5 kali
|
13.
Memberikan oksigen tambahan ke
jaringan tubuh sebelum prosedur pengisapan
|
14. Lakukan
pengisapan :
·
Masukkan kateter ke
dalam slang ET dengan melakukan gerakan memutar ke arah bawah. PASTIKAN JARI
TIDAK MENUTUPLUBANG PORT KATETER PENGISAP.
·
Lanjutkan memasukan
slang sampai ada tahanan ataubatuk terstimulasi. Jika kateter menemui tahanan
setelah dimasukan pada jarak yang diperkirakan, mungkin menyentuh karina.
Jika demikian, tarik 1 cm sebelum memasukan lebih jauh atau melakukan
pengisapan
·
Posisikan ibu jari
menutup port kateter pengisap
·
Minta klien untuk
batuk
·
Tarik kateter dengan
gerakan sirkular, gulung di antara ibu jari dan jari lainnya
·
JANGAN MELAKUKAN
PROSEDUR PENGISAPAN LEBIH DARI 10 DETIK
|
14.
·
Mencegah trauma pada
membran akibat pengisapan oleh slang kateter
·
Melakukan pengisapan
·
Melepaskan dan
mengeluarkan sekret
·
Meningkatkan
pembersihan pada sisi lumen slang kateter
·
Menghindari hipoxia
|
15. Letakan
ujung slang kateter pengisap dalam larutan steril selama 1-2 detik
|
15. Membersihkan sumbatan pada slang dan kateter
pengisap
|
16. Ulangi
langkah 14 sekali lagi. Minta klien bernapas sebanyak 5 kali saat Anda
mengauskultasi bunyi napas bronkus dan kaji status sekret.
·
Ulangi langkah ini
satu atau dua kali jika saat pengkajian ditemukan bahwa sekret masih tersisa
|
16. Menentukan kebutuhan untuk mengulangi kembali
pengisapan
·
Melakukan pembersihan
jalan napas
|
17. Kempiskan
balon slang ET dan ulangi pengisapan. Kembangkan kembali balon dengan tekanan
yang sesuai
|
17. Mengeluarkan
sekret yang mengumpul di atas balon slang; mencegah taruma pada jaringan
trakea akibat tekanan yang berlebihan
|
18.
Lanjutkan ke langkah 20
|
18.
|
Sistem Tertutup
1. Atur
posisi klien miring atau berbaring dengan bagian kepala tempat tidur
ditinggikan
2.
Buka kemasan steril alat pengisap
3.
Pasang sarung tangan steril (atau
sarung tangan steril di tangan dominan dan sarung tangan bersih di tangan
nondominan)
4. Siapkan
1 unit spuit 10 ml yang berisi salin
5.
Sambungkan slang pengisap ke port
kateter pengisap jika belum tersambung
6.
Aktifkan mesin pengisapan dengan
tekanan 15%-20% lebih tinggi dari biasanya(120 mmHg)
7.
Masukan kateter 2.5-5 cm ke dalam
slang trakea atau 5-7.5 cm ke dalam slang ET
8.
Posisikan ibu jari menutup port
kateter pengisap
9.
Stabilisasi slang ET dengan tangan
nondominan sementara memasukan kateter sejauh 5 cm sampai mencapai karina
(pada titik pengukuran sebelumnya untuk anak)
10.
Tarik 1 cm dan mulai menarik kateter
secara perlahan, lakukan pengisapan secara kontinu dan gulung slang kateter
di antara jari-jari anda
11.
Ulangi prosedur jika perlu
12.
Tarik kateter sampai garis hitam
terlihat di kantung
13.
Tutup port dengan ibu jari dan tahan
sementara membilas slang dengan larutan salin dari spuit unit dosis
14.
Kunci port
15.
Tutup port pembilas
16.
Posisikan kateter di dalam tempat
penyimpanan
17.
Lakukan pengisapan jalan napas oral
dan perawatan mulut
18.
Buka sambungan slang kateter dari
slang pengisap yang tersambung dengan mesin, matikan mesin
19.
Kaji drainase pada insisi dan luka dan
proses penyembuhan luka
|
1.
Memaksimalkan
pernapasaan saat prosedur
2.
Mempersiapkan alat
3.
Mengurangi tranfers
mikroorganisme
4.
Mempersiapkan untuk
pembilasan jalur pengisapan
5.
Mempersiapkan
pengisapan dan pengeluaran sekret
6.
Untuk menguji tekanan
mesin pengisap
7.
Sesuai dengan perawatan slang kateter
trakea yang sangat panjang
8.
Melakukan pengisapan
9.
Mencegah slang ET bergerak saat
memasukan slang kateter
10.
Mencegah trauma pada membran akibat
pengisapan oleh kateter
11.
Memastikan bahwa semua sekret sudah
dikeluarkan
12.
13.
Membilas kateter
14.
Menutup jalan masuk port ke dalam
kateter
15.
Mencegah pengisapan yang tidak
hati-hati
16.
Efisiensi penggunaan
17.
Mengeluarkan sekret yang terkumpul
18.
Efisiensi peralatan
19.
Memfasilitasi deteksi dini komplikasi
atau perdarahan di daerah dari area luka dan insisi
|
20.
Buang alat dan sarung tangan kotor
dengan tepat
|
20. Mengurangi tranfer mikroorganisme
|
21.
Cuci tangan
|
21.
Mengurangi transmisi mikroorganisme
|
22.
Atur posisi klien dengan kepala tempat
tidur dielevasikan 45 derajat , pagar pengaman tempat tidur dipasang, dan
lampu pemanggil dalam jangkauan (pasang restarin, jika diprogramkan atau
diperlukan)
|
22.
Memaksimalkan ekspansi paru; mencegah jatuh
|
KRITERIA HASIL
Hasil yang diharapkan :
1.
Kepatenan jalan nafas
bagian atas klien dapat tercapai dan dipertahankan.
2.
Rentang frekuensi
pernafasan antara 12-20 x/mnt.
3.
Klien memperlihatkan
jalan nafas atas yang bersih dan tidak ada sekret yang terkumpul di dalam oral.
EVALUASI
Apakah hasil yang diharapkan tercapai? Contoh evaluasi antara lain :
1.
Hasil tidak tercapai : Klien masih memperlihatkan adanya sekret
yang terkumpul.
2.
Hasil tercapai : Klien mempertahankan frekuensi
pernapasan yang normal.
DOKUMENTASI
Hal-hal
yang harus dicatat pada lembar laporan klien antara lain :
1.
Bunyi napas setelah
prosedur pengisapan.
2.
Karakteristik
pernapasan setelah prosedur pengisapan.
3.
Warna, jumlah dan
konsistensi sekret.
4.
Jenis prosedur
pengisapan yang dilakukan.
5.
Toleransi terhadap
prosedur.
6.
Penggunaan kembali
oksigen setelah prosedur.
7.
Kondisi mulut dan
membran mukosa oral.
2.
WATER SEAL DRAINAGE
2.1.
Pengertian Water Seal Drainage
1.
WSD : Tindakan invasive yang dilakukan
untuk mengeluarkan udara, cairan (darah, pus) dari rongga pleura, rongga thorax
dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung. (Dorland, 2014)
2.
WSD : Suatu
usaha untuk memasukkan kateter ke dalam rongga pleura dengan maksud untuk
mengeluarkan cairan yang terdapat di dalam rongga pleura, seperti misalnya pus
pada empisema atau untuk mengeluarkan udara yang terdapat di dalam rongga
pleura, misalnya pneumotoraks. (Jean Smith, 2010)
3.
WSD : Pipa
khusus yang dimasukkan ke rongga pleura dengan perantaraan trokar atau klem
penjepit bedah. ()
Kesimpulan
WSD
adalah tindakan memasukkan kateter ke dalam rongga pleura untuk mengeluarkan
pus atau udara dalam rongga pleura.
2.2. Indikasi
untuk Prosedur Water Seal Drainage
a. Pneumothoraks : Pengumpulan udara atau gas lain di dalam ruang pleura. Gas menyebabkan paru menjadi kolaps karena gas tersebut menghilangkan tekanan negative intrapleura dan suatu tekanan (counterpressure) yang diberikan untuk melawan paru, yang kemudian tidak mampu untuk mengembang. Misalnya, disebabkan oleh tikaman atau trauma akibat kecelakaan mobil, akibat rupture bula emfisematosa pada permukaan paru (sebuah bula besar akibat kerusakan yang disebabkan oleh emfisema), atau akibat prosedur infasif, seperti insersi selang intravena subclavia.
b. Hemothorax : Akumulasi darah dan cairan dalam
rongga pleura diantara pleuraparietal dan pleuraviseral, biasanya merupakan
akibat trauma. Hemothorax menghasilkan tekanan (counterpressure) dan mencegah
paru berekspansi penuh. Hemothorax juga disebabkan oleh rupture pembuluh darah
kecil akibat proses inflamasi, seperti pneumonia dan tuberculosis.
c. Thorakotomy : Insisi bedah dinding dada (Kamus
Kedokteran Dorland).
d. Emfisema : Kumpulan cairan atau pus yang
terinfeksi di ruang pleura.
2.3.
Kontra indikasi pemasangan Water Seal Drainage
1.
Infeksi pada tempat pemasangan.
2.
Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol.
2.4 Ada
beberapa jenis sistem WSD :
1. Single Bottle Water Seal System
Ujung akhir pipa drainase dari dada pasien dihubungkan ke
dalam satu botol yang memungkinkan udara dan cairan mengalir dari rongga pleura
tetapi tidak mengijinkan udara maupun cairan kembali ke dalam rongga dada.
Secara fungsional, drainase tergantung pada gaya gravitasi dan mekanisme
pernafasan, oleh karena itu botol harus diletakkan lebih rendah. Ketika jumlah
cairan di dalam botol meningkat, udara dan cairan akan menjadi lebih sulit
keluar dari rongga dada, dengan demikian memerlukan suction untuk mengeluarkannya.
Sistem satu botol digunakan pada kasus pneumothoraks sederhana sehingga hanya
membutuhkan gaya gravitasi saja untuk mengeluarkan isi pleura. Water seal dan
penampung drainage digabung pada satu botol dengan menggunakan katup udara.
Katup udara digunakan untuk mencegah penambahan tekanan dalam botol yang dapat
menghambat pengeluaran cairan atau udara dari rongga pleura. Karena hanya
menggunakan satu botol yang perlu diingat adalah penambahan isi cairan botol
dapat mengurangi daya hisap botol sehingga cairan atau udara pada rongga
intrapleura tidak dapat dikeluarkan.
Keuntungan :
1.
Penyusunan
sederhana.
2. Memudahkan untuk mobilisasi pasien
Kerugian :
1. Saat melakukan drainage, perlu kekuatan yang lebih besar dari ekspansi dada untuk mengeluarkan cairan / udara.
2. Untuk terjadinya aliran kebotol, tekanan pleura harus lebih
tinggi dari tekanan dalam botol.
3. Kesulitan untuk mendrainage udara dan cairan secara
bersamaan.
2. Two Bottle System
System ini terdiri dari botol water-seal ditambah botol
penampung cairan. Drainase sama dengan system satu botol, kecuali ketika cairan
pleura terkumpul, underwater seal system tidak terpengaruh oleh volume
drainase. Sistem dua botol menggunakan dua botol yang masing-masing berfungsi
sebagai water seal dan penampung. Botol pertama adalah penampung drainage yang
berhubungan langsung dengan klien dan botol kedua berfungsi sebagai water seal
yang dapat mencegan peningkatan tekanan dalam penampung sehingga drainage dada
dapat dikeluarkan secara optimal. Dengan sistem ini jumlah drainage dapat
diukur secara tepat.
Keuntungan :
1.
Mampu
mempertahankan water seal pada tingkat yang konstan.
2. Memungkinkan observasi dan tingkat pengukuran jumlah drainage
yang keluar dengan baik.
3. Udara maupun cairan dapat terdrainage secara bersama-sama.
Kerugian :
1.
Untuk
terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol.
2. Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara sehingga
dapat terjadi kebocoran udara.
3. Three Bottle System
Pada system ini ada penambahan botol ketiga yaitu untuk
mengontrol jumlah cairan suction yang digunakan. Sistem tiga botol menggunakan
3 botol yang masing-masing berfungsi sebagai penampung, "water seal"
dan pengatur; yang mengatur tekanan penghisap. Jika drainage yang ingin,
dikeluarkan cukup banyak biasanya digunakan mesin penghisap (suction) dengan
tekanan sebesar 20 cmH20 untuk mempermudah pengeluaran. Karena dengan mesin
penghisap dapat diatur tekanan yang dibutuhkan untuk mengeluarkan isi pleura.
Botol pertama berfungsi sebagai tempat penampungan keluaran dari paru-paru dan
tidak mempengaruhi botol "water seal". Udara dapat keluar dari rongga
intrapelura akibat tekanan dalam bbtol pertama yang merupakan sumber-vacuum.
Botol kedua berfungsi sebagai "water seal" yang mencegah udara memasuki
rongga pleura. Botol ketiga merupakan pengatur hisapan. Botol tersebut
merupakan botol tertutup yang mempunyai katup atmosferik atau tabung manometer
yang berfungsi untuk mengatur dan mongendalikan mesin penghisap yang digunakan.
Keuntungan :
1. Sistem paling aman untuk mengatur penghisapan
Kerugian :
1.
Perakitan
lebih kompleks sehingga lebih mudah terjadi kesalahan pada pada perakitan dan
pemeliharaan.
2. Sulit untuk digunakan jika pasien ingin melakukan mobilisasi
System
drainase selang dada
Sistem
|
Keuntungan
|
Kerugian
|
Satu Botol
|
Mempertahankan water seal pada
tingkat konstan. Memungkinkan observasi dan pengukuran crainase yang lebih
baik
|
Saat drainase dada mengisi botol,
lebih banyak kekuatan diperlukan untuk memungkinkan udara dan cairan pleura
keluar dari dada masuk ke botol.
Campuran darah darinase dan udara
menimbulkan campuran busa dalam botol yang membatasi garis pengukuran
drainase. Untuk terjadinya aliran, tekanan pleural harus lebih tinggi dari
tekanan botol.
|
Dua Botol
|
Mempertahankan water seal pada
tingkat konstan. Memungkinkan observasi dan pengukuran crainase yang lebih
baik.
|
Menambah area mati pada system
drainase yang mempunyai potensial untuk masuk ke dalam area pleural Untuk
terjadinya aliran, tekanan pleural harus lebih tinggi dari tekanan botol
Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara pada adanya kebocoran
pleural.
|
Tiga Botol
|
System paling aman untuk mengatur
penghisapan.
|
Lebih kompleks, lebih banyak
kesempatan untuk terjadinya kesalahan dalam perakitan dan pemeliharaan.
|
2.4.
Letak
Pemasangan Water Seal Drainage
1.
Untuk
pengeluaran udara dilakukan pada intercostalis 2-3 garis midclavicula,
dimasukkan secara antero lateral.
2.
Untuk pengeluaran cairan dilakukan
pada intercostalis 7-8-9 mid aksilaris line/dorsal axillar line.
2.5.
Tujuan :
1.
Mengeluarkan
cairan dari rongga dada.
2.
Mempertahankan
tekanan negative pada rongga pleura.
3.
Memfasilitasi
ekspansi dada yang kolaps.
4.
Mencegah
refluks drainage kembali ke dalam rongga dada.
2.6.
Alat :
1.
Set
dada sekali pakai
2.
Mesin
pengisap dan perlengkapan penghisap lainnya
3.
Sarung
tangan steril
4.
Larutan
irigasi steril, air salin atau steril (500ml, botol)
5.
Plester
dengan lebar 5cm
6.
Spons
kas steril
7.
Corong
2.7.
Proses Keperawatan
PENGKAJIAN:
Pengkajian harus berfokus pada hal-hal berikut:
1.
Program
dokter untuk jenis system drainase (water seal/ suction) dan jumlah pengisapan.
2.
Tujuan
dan lokasi selang dada.
3.
Jenis
system drainase yang tersedia.
4.
Kebijakan
institusi tentang penggunaan salin atau air dalam system drainase.
5.
Data
dasar , antara lain tingkat kesadaran; bunyi napas; penggunaan otot
aksesoris;frekuensi, kedalaman, dan karakter napas; warna kulit; frekuensi dan
irama nadi; suhu; hasil pemeriksaan oksimetri nadi; hasil pemeriksaan gas darah
arteri.
6.
Data
terbaru, termasuk perbandingan dengan data dasar dan jenis serta jumlah
drainase dada.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis
keperawatan yang muncul antara lain:
1.
Ketidakefektifan
pola napas yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru karena adanya cairan
atau udara.
IDENTIFIKASI HASIL DAN PERENCANAAN
Hasil
yang diharapkan:
1.
Klien
bernapas dengan efektif, ditandai dengan pernapasan yang halus dan tanpa usaha
serta frekuensi napas dalam rentang normal klien.
2.
Klien
mendemonstrasikan reekspansi paru dengan bunyi napas yang dapat terdengar di semua
lobus.
PERTIMBANGAN
KHUSUS dalam PERENCANAAN dan IMPLEMENTASI
1.
Umum
Peraturan tentang
cara kapan klem diberikan atau dilepas pada selang dada sangat bervariasi pada
masing-masing institusi dan dokter. Perhatikan kebijakan yang berlaku sebelum
keadaan darurat terjadi. Dorong klien untuk melakukan ambulasi dengan bantuan
segera setal diperbolehkan.
2.
Pediatric
Imobilitas
yang lama dapat mengakibatkan anak frustasi dan gelisah.
3.
Geriatri
Imobilitas yang
lama dapat mengakibatkan kekakuan persendian pada klien lansia. Dorong klien
untuk melakukan ambulasi dengan bantuan segera setelah diperbolehkan.
4.
Pendelegasian
System drainase
dada harus dipantau oleh personal berlisensi dan tidak boleh pada personal
asisten lainnya.
IMPLEMENTASI
Tindakan
|
Rasional
|
Persiapan system drainase dada.
1.
Cuci tangan dan atur alat.
2.
Buka kemasan salin atau air. Buka pembungkus system drainase dan
tegakkan.
3.
Isi botol dengan kadar yang sesuai:
·
Letakkan
corong pada slang atau port botol pengendali pengisapan
·
Tuangkan
cairan kedalam port pengendali pengisapan hingga jumlah yang diinginkan
sesuai program dokter, atau telah mencapai tada garis tertentu pada botol,
biasanya mengindikasikan tingkat tekanan air 20cm.
·
Isi botol
system drainase water seal setinggi 2cm.
4.
Pasang sarung tangan dan sambungkan system drainase ke slang dada dan
mesin pengisap, jika prosedur pengisapan diindikasikan.
5.
Sambungkan slang dari klien ke slang yang msuk ke botol penampung.
PERTAHANKAN STERILITAS UJUNG SAMBUNGAN.
6.
Jika akan mengganti system drainase, minta klien untuk mengambil nafas
dalam, tahan, dan sedikit berusaha untuk menahan napas selama slang diganti
dengan cepat. Beberapa system memiliki kancing luar dan kancing dalam
yang memudahkan penggantian system slang, sementara lainnya perlu melepaskan
sambungan slang yang terdekat dengan area insersi di dada.
7.
Jika diindikasikan, sambungkan slang dari botol pengendali
pengisapan ke mesin pengisap.
8.
Atur aliran pengisapan hingga gelembung-gelembung udara terlihat dalam
botol pengendali pengisapan.
9.
Buka dan buang sarung tangan serta alat-alat sekali pakai lainnya
10. Cuci tangan
11. Atur posisi klien ke posisi yang
nyaman dan letakkan alarm pemanggil dalam jangkauan.
12.
PERAWATAN SLANG DADA.
1. Amati adanya gelembung dalam botol
water seal. Curigai adanya kebocoran jika terdapat gelembung danklien tidak
mengalami pneumothorax. Curigai juga adanya kebocoran udara jika terdapat
gelembung dan slang dada di klem atau jika gelembung terlalu banyak. Periksa
sambungan slang.
2.
Setiap 1-2 jam (tergantung jumlah drainase atau program dokter) :
·
Beri
tanda kepada batas jumlah drainase di botol pengumpul.
·
Monitor
system drainase terhadap kemungkinan adanya gelembung pada botol pengontrol
pengisapan.
·
Periksa
fluktuasi pada botol water seal saat pernapasan.
3.
Jika drainase melambat atau berhenti, lihat kebijakan institusi dan
jika diizinkan lakukan milky pada slang dada dengan hati-hati (lakukan
striping sebagai jalan terakhir jika tidak bertentangan dengan kebijakan yang berlaku).
Melakukan milking pada slang
drainase:
1.
Cuci tangan dan pasang sarung tangan
2.
Pegang slang yang terdekat dengan dada dan tekan slang diantara
jari-jari dan telapak tangan.
3.
Letakkan tangan yang lain pada slang bagian bawah dan tekan.
4.
Lepaskan tangan pertama, dan letakkan pada slang dibagian bawah tangan
yang lainnya.
5.
Lanjutkan hingga mendekati wadah
drainase.
6.
Jika sudah selesai, buka sarung tangan dan cuci tangan.
Melakukan striping pada slang
drainase
1.
Cuci tangan dan pasang sarung tangan steril
2.
Berikan pelumas pada jari-jari salah satu tangan dan jepit slang dada
dengan jari-jari dan tangan lainnya.
3.
Tekan bagian bawah slang yang dijepit dengan jari yang sudah diberi
pelumas dan gerakkan jari menuruni slang ke arah system drainase.
4.
Lepaskan jepitan secara perlahan pada jari yang tidak diberi pelumas,
kemudian lepaskan jari-jari yang berpelumas
5.
Ulangi langkah ini satu sampai dua kali. Beri tahu dokter jika tidak
berhasil membersihkan bekuan dari slang. Pantau akan adanya tension pneumothorax/hemothorax.
6.
Jika sudah selesai, lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
7.
Setiap 2 jam (atau lebih sering jika terlihat ada perubahan)
·
Pantau balutan slang dada untuk mengetahui keadekuatan balutan dari
jumlah serta jenis kotoran yang terdapat pada balutan.
·
Kaji bunyi napas.
8.
Setiap 2 sampai 4 jam , pantau tanda vital dan suhu. Lakukan beberapa
cara berikut saat merawat slang drainase.
9.
Jika system drainase akan diganti dan mengganggu water-seal , rangkai
kembali system water-seal dan kaji klien.
10. Jika drainase berkurang tiba-tiba,
kaji adanya obstruksi (mis. Bekuan atau terlilit) dan lakukan milking pada slang.
11. Periksa apakah gaya gravitasi
system drainase dan system pengisapan berada di bawah tinggi dada klien.
12. WASPADA UNTUK TERJADINYA
PNEUMOTHORAX DAN HEMOTHORAX.
13. Jika drainase meningkat tiba-tiba
atau berubah menjadi berwarna merah terang periksa tanda vital dan status
respirasi, serta beri tahu dokter.
14. Jika balutan terbuka, tutup dengan
kassa dan fiksasi dengan plester. Jika diperbolehkan , buka balutan kotor
tanpa menyentuh balutan kasa jeli petroleum kemudian beri balutan penutup
yang baru.
15. Jika system drainase menjadi rusak,
klem slang dengan klem Kelly atau hemostat dan anti system segera atau letakkan ujung slang kedalam botol steril yang berisi larutan salin,
letakkan botol di bawah tinggi dada, dan anti system drainase segera.
CATATAN: JANGAN KLEM SLANG DADA
TERLALU LAMA, HANYA BEBERAPA MENIT SAJA (SEPERTI SELAMA PENGGANTIAN SISTEM)
|
1.
Menurunkan transfer mikroorganisme, meningkatkan efisiensi.
2.
Mempersiapkan alat.
3.
Memberikan jumlah tekanan water seal yang tepat.
·
Mencegah air tumpah.
·
Mengendalikan jumlah tekanan pengisapan.
·
Memungkinkan udara keluar dari dada sementara mencegah refluks udara
kedalam dada.
6. Mencegah udara masuk kedalam dada saat water seal dibuka.
7. Uji peralatan secara efektif
8.
Mengatur aliran pengisapan , bukan tekanan; aliran yang cepat tidak
diperlukan jika ada yang bocor.
9.
Mengurangi transfer mikroorganisme
10. Mengurangi transfer mikroorganisme
11. Memberikan kenyamanan dan keamanan.
1.
Gelembung mengindikasikan udara masuk kedalam system (dari klien atau
kebocoran udara), menentukan apakah udara masuk kedalam system melalui sambungan
system yang longgar.
2. Memastikan program sesuai dengan perintah
·
Mendeteksi adanya perdarahan atau apakah drainase bertambah atau berkurang.
·
Mengindikasikan apakah system pangisapan terpasang dengan utuh.
·
Mengindikasikan kepatenan slang (slang dapat berfluktuasi jika paru
reekspansi)
3.
Memperlancar aliran drainase dengan melepaskan bekuan yang mungkin
menyumbat slang
·
Striping dapat menyebabkan klien merasa nyeri yang sangat hebat dan
dapat menyebabkan perdarahan.
1.
Menurunkan transfer mikroorganisme
2.
Mendorong bekuan darah menuju system drainase.
3.
Gerakkan menekan dengan perlahan tapi pasti dapat meningkatkan
pengisapan sehingga memfasilitasi aliran drainase.
4.
Menurunkan transfer mikroorganisme.
5.
6.
Mengurangi transfer mikroorganisme
·
Mengurangi tarikan pada slang selama melakukan striping; menstabilkan slang untuk mencegah slang
tertarik.
1.
Mengurangi
transfer mikroorganisme
2.
Melumasi
jari agar memudahkan saat dimasukan
3.
Gerakan penekanan dengan perlahan tapi pasti dapat meningkatkan pengisapan
sehingga memfasilitasi aliran (dapat mengganggu proses penyembuhan jaringan
dan menyebabkan perdarahan, sehingga harus dilakukan dengan hati-hati)
4.
Memudahkan
melepas jepitan
5.
Memastikan
pengisapan secara benar
6.
7.
Memantau
perubahan setelah tindakan Memfasilitasi deteksi dan intervensi dini sebelum masalah baru
muncul.
·
Menentukan kemungkinan sumber kebocoran , perdarahan atau obstruksi
slang dan kebocoran pada area insersi slang.
·
Mengindikasikan kemajuan reinfasi paru.
8.
Mendeteksi adanya komplikasi perdarahan, tension
pneumothorax/hemothorax , serta infeksi.
9. Mencegah refluks udara tambahan dan menentukan adanya pneumothorax.
10. Menentukan apakah drainase telah tersumbat dan mengembalikan kepatenan
slang.
11. Memberikan gaya tarik gravitasi yang sesuai dan nilai gravitasi yang
negative terhadap terhadap water-seal.
12.
Mengindikasikan apakah udara atau darah memasuki rongga dada,
meningkatkan tekanan pada struktur dalam rongga dada.
13. Mengindikasikan perdarahan.
14. Mempertahankan balutan orisinil di
sekitar dada.
15. Mencegah udara masuk ke dalam dada,
mengganti system water-seal sementara.
|
Evaluasi
Apakah hasil yang
diharapkan tercapai ? contoh evaluasi antara lain:
1.
Tujuan
tercapai : Frekuensi pernapasan
klien menurun dari 36 menjadi 18x/menit.
2.
Tujuan
tercapai : Bunyi napas klien
terdengar di semua lapang paru.
Dokumentasi
Hal-hal
yang harus dicatat pada lembar laporan klien antara lain:
1.
Fungsi
system (jenis dan jumlah drainase).
2.
Waktu
dimulainya pengisapan atau penggantian system.
3.
Status
klien (frekuensi pernapasan, bunyi napas, oksimetri nadi, nadi, tekanan darah,
warna dan suhu kulit, status mental, dan suhu basal tubuh).
4.
Status
balutan dada dan perawatan yang telah dilakukan.
5.
Karakteristik
dan jumlah drainase.
3.
MEMBERIKAN OBAT NEBULEZEIR
3.1.
PENGERTIAN NEBULEZIER
1.
Nebulizer : Perangkat yang berisi obat cair yang
berubah menjadi kabut halus dan mudah terhirup ke dalam saluran udara dan
paru-paru. (Kamus Kesehatan)
2.
Nebulizer : Salah satu tindakan pemeliharaan pada
sistem pernapasan dalam upaya higienis dengan pembersihan sekret, pelembapan
udara, inspirasi dan pemberian terapi. (Alimul, Aziz, 2010)
3.
Nebulizer : Alat yang dapat mengubah obat yang
berbentuk larutan menjadi aerosol secara terus-menerus dengan tenaga yang
berasal dari udara yang dipadatkan atau gelombang ultrasonik. ()
Kesimpulan
Nebulizer
adalah perangkat yang berisi obat cair yang diubah menjadi kabut halus dalam
upaya pembersihan sekret yang dihirup ke dalam saluran napas dengan dipadatkan
atau gelombang ultrasonik.
3.2.
INDIKASI
1. Bronkospasme
akut
2. Produksi
sekret berlebihan
3. Batuk
disertai sesak napas
4. Epiflotitis.
3.3.
KONTRAINDIKASI
Pada penderita
trakeotomi, pada fraktur di daerah hidung.
3.4.
JENIS
NEBULIZER
1.
KOMPRESOR
a.
PENGERTIAN
Nebulizer dengan penekan udara,
yaitu memberikan tekanan udara dari pipa
ke tutup yang berisi obat cair. Kekuatan dari tekanan udara akan memecah cairan
ke dalam bentuk partikel- partikel uap kecil yang dapat dihirup secara dalam ke
saluran pernafasan.
b.
GAMBAR
ALATNYA
c.
CARA
MENGGUNAKANNYA
1.
Letakkan kompresor
udara pada permukaan yang mendukung untuk beratnya. Lepaskan selang dari
kompresor .
2.
Sebelum melakukan
perawatan ini, cuci tangan terlebih dahulu dengan sabun kemudian keringkan.
3.
Hati-hati dalam
menghitung pengobatan secara tepat sesuai dengan perintah dan letakkan dalam
tutup nebulizer.
4.
Pasang/ gunakan tutup
nebulizer dan masker atau sungkup.
5.
Hubungkan pipa ke
kompresor aerosol dan tutup nebulizer
6.
Nyalakan kompresor
untuk memastikan alat tersebut bekerja dengan baik.
7.
Duduk dalam posisi
tegak baik dalam pangkuan atau kursi.
8.
Apabila menggunakan
masker, letakkan dalam posisi yang tepat dan nyaman pada bagian wajah.
9.
Apabila menggunakan
(mouthpiece) letakkan secara tepat antara gigi dan lidah.
10. Bernafaslah
secara normal lewat mulut. Secara periodic ambil nafas dalam dan tahan selama 2
sampai 3 detik sebelum melepaskan nafas.
11. Lanjutkan
perawatan ini sampai obat habis ( antara 9 sampai 10 menit)
12. Apabila
pasien merasa pusing atau gelisah, hentikan perawatan dan istirahat selama
kurang lebih 5 menit.
2.
ULTRASONI
a. PENGERTIAN
Alat ini menghasilkan aerosol
melalui osilasi frekuensi tinggi
dari piezo-electric crystal yang berada dekat larutan dan cairan memecah menjadi aerosol. Keuntungan jenis nebulizer ini adalah
tidak menimbulkan suara bising dan
terus menerus dapat mengubah larutan
menjadi aerosol, sedangkan kekurangan
alat ini mahal dan memerlukan biaya perawatan lebih besar.
b. GAMBAR ALATNYA
3.5.
OBAT-OBAT
NEBULIZER BERDASARKAN JEBIS NEBULIZER FARMAKOLOGI OBATNYA:
Obat-obat
Nebuleizer :
1. Pulmicort : kombinasi anti radang dengan obat yang melonggarkan saluran napas.
1. Nacl : mengencerkan dahak.
2. Bisolvon cair : mengencerkan dahak.
3. Atroven : melonggarkan saluran napas.
4. Berotex : melonggarkan saluran napas.
5. Inflamid : untuk anti radang.
6. Combiven : kombinasi untuk melonggarkan saluran napas.
7. Meptin : melonggarkan saluran napas.
Kombinasi yang dianjurkan:
* Bisolvon-Berotec-Nacl
* Pulmicort-Nacl
* Combivent-Nacl
* Atroven-Bisolvon-Nacl
a)
FARMAKOLOGI
ANTITUSIF
1.
Komposisi: Benzonatat
dan kodein.
2.
Cara kerja Obat : Antitusif
yang digunakan sejak dahulu, termasuk kodein (hanya generik), hidrokodon (Hycodan), dan dekstrometorfan (benylin dan jenis lain), bekerja secara
langsung pada pusat batuk di medula otak untuk menekan refleks batuk. Karena
bekerja di pusat, obat ini bukan obat pilihan bagi mereka yang mengalami cidera
kepala atau yang mengalami kerusakan sistem saraf pusat (SSP). Obat ini di
absorbsi dengan cepat, di metabolisme dalam hati, dan disekresikan melalui
urine. Obat ini dapat menembus plasenta dan masuk ke ASI sehingga wanita yang
sedang hamil atau menyusui seharusnya tidak menggunakan obat-obatan ini karena
memungkinkan adanya efek penekanan SSP janin atau neonatus. Terpin hidrat
(hanya generik) menstimulasi sel sekretoridalam lapisansaluran napas,
menghasilkan sekret yang lebih banyak, yang mengurangi dampak iritasi dalam
dinding saluran napas yang menstimulasi terjadinya batuk.
3.
Indikasi :
diindikasikan untuk pengobatan batuk yang tidak produktif.
4.
Kontraindikasi : pasien
pasca operasi dan pasien yang baru menjalani pembedahan abdomen dan thorak.
Pasien yang mengalami asma dan emfisema disarankan untuk berhati-hati dalam
menggunakan obat ini. Wanita yang sedang hamil dan yang sedang menyusui.
5.
Efek samping :
Mengeringkan membran mukosa dan dapat meningkatkan kekentalan sekret saluran
napas. Efek merugikan pada SSP termasuk rasa kantuk, dan sedasi. Efek yang
mengeringkan mukosa dapat mengakibatkan mual, konstipasi, dan keluhan mulut
kering. Ketidaknyamanan pada GI, sakit kepala, hidung tersumbat, dan terkadang
pusing.
6.
Dosis :
Nama
Obat Dosis Umum
Indikasi Umum
|
||
Benzonatat
(Tessalon)
|
Dewasa
dan pediatrik (>10 thn): 100 mg PO t.i.d.
|
Indikasi
antitusif diindikasikan untuk pengobatan batuk yang tidak produktif
|
Kodein
(generik)
|
Dewasa:
10-20 mg PO setiap 4-6 jam
Pediatrik
(6-12 thn): 5-10 mg PO setiap 4-6 jam
Pediatrik
(2-6 thn): 2,5-5 mg PO setiap 4-6 jam
|
|
P
dekstrometorfan (Benylin dan lainnya)
|
Dewasa:
10-30 mg PO setiap 4-8 jam; 60 mg PO
b.i.d.
untuk produk kerja lama.
Pediatrik
(6-12 thn): 5-10 mg PO setiap 4 jam; 30 mg PO b.i.d. untuk produk kerja lama.
Pediatrik
(2-6 thn): 2,5-7,5 mg PO setiap 4-8 jam; 15 mg PO b.i.d. untuk kerja lama.
|
|
Hidrokodon
(Hycodan)
|
Dewasa:
5-10 mg PO setiap 4-6 am
Pediatrik
(2-12 thn): 1,25-5 mg PO setiap 4-6 jam
|
|
Terpin
hidrat (generik)
|
Dewasa:
85-170 mg PO t.i.d.-q.i.d.
Pediatrik
(1-4 thn): 20 mg PO t.i.d.-q.id
Pediatrik
(5-9 thn): 40 mg PO t.i.d.-q.id
Pediatrik
(10-12 thn): 85 mg PO t.i.d.-q.id
|
|
b)
FARMAKOLOGI
DEKONGESTAN
1.
Komposisi : efedri,
oksimetazolin, fenilfrin.
2.
Cara kerja obat :
Dekongestan topikal merupakan obat simpatomimetik, yang berarti obat ini meniru
efek sistem saraf simpatis untuk menimbulkan vasokontriksi, menyebabkan
berkurangnya edema dan inflamasi membran nasal. Kerana obat-obatan ini
digunakan secara topikal, awitan aksi hampir segera terjadi dan sedikit
kemungkinan memiliki efek sistemik. Pembukaan saluran nasal memungkinkan
drainase yang lebuh baik dari tuba eustachi, meredakan tekanan pada telinga
tengah.
3.
Indikasi : sinusitis,
rinitis alergi.
4.
Kontraindikasi : pasien
dengan berbagai kondisi penyakit yang akan mengalami perburukan akibat
aktivitas simpatis, seperti glaukoma, hipertensi, diabetes, penyakit tiroid,
penyakit tiroid, penyakit jantung koroner, atau masalah prostat.
5.
Efek samping : adanya
rasa tersengat lokal dan rasa terbakar, yang dapat terjadi pertama kali ketika
menggunakan obat tersebut setelah beberapa kali. Apabila sensasi tersebut tidak
menghilang, pasien harus menghentikan penggunaan obat dekongestan topikal
karena keadaan tersebut dapat mengindikasikan adanya lesi atau erosi di membran
mukosa.
6.
Dosis :
Nama
obat
|
Dosis
umum
|
Indikasi
umum
|
Pseudoefedrin
(Dorcol, Decofed)
|
Dewasa
: 60 mg PO setiap 4-6 jam
Pediatrik
:
6-12
tahun-30 mg PO setiap 4-6 jam
2-5
tahun-15 mg PO setiap 4-6 jam
1-2
tahun- 0,02 ml/kg PO setiap 4-6 jam
3-12
bln-3 tts/kg PO setiap 4-6 jam
|
Mengurangi
kongesti nasal yang terkait dengan pilek, sinusitis, rinitis alergi,
meredakan nyeri dan kongesti pada otitis media.
|
c). FARMAKOLOGI BISOLVON
1.
Komposisi :
Bisolvon
Elixir:
5 mL Elixir mengandung Bromhexine hydrochloride 4 mg (mengandung Ethyl alcohol 3.72% v/v).
Bisolvon Kids:
5 mL sirup mengandung Bromhexine hydrochloride 4 mg.
5 mL Elixir mengandung Bromhexine hydrochloride 4 mg (mengandung Ethyl alcohol 3.72% v/v).
Bisolvon Kids:
5 mL sirup mengandung Bromhexine hydrochloride 4 mg.
2.
Cara kerja obat :
a. Absorpsi
Bromhexine secara cepat
diserap di saluran cerna. Bioavailabilitas yang sama ditunjukansetelah
penggunaan oral formulasi padat dan cair. Metabolisme jalur pertama berjumlah
sekitar 75-80 %. Penggunaan bersamaan dengan makanan akan menyebabkan
peningkatan konsentrasi plasma Bromhexine.
b. Distribusi
Setelah pemberian secara intravena,
Bromhexine akan didistribusikan secara cepat dan luas keseluruh tubuh dengan
volume distribusi rata-rata (Vss) hingga 1209± 206 L (19 L/kg). Dari penelitian
setelah pemberian Bromhexine secara oral, distribusi ke jaringan paru (bronkus
dan parenkim) adalah 32 mg dan 64 mg. Konsentrasi pada jaringan paru dua jam
pasca dosis 1.5 – 4.5 kali lebih tinggi pada jaringan bronkiolo-bronkial dan
antara 2.4 dan 5.96 kali lebih tinggi pada parenkim paru dibandingkan dengan
konsentrasi plasma.
Bromhexine yang tidak berubah akan terikat dengan protein plasma sebesar 95% (non-pengikatan terbatas).
Bromhexine yang tidak berubah akan terikat dengan protein plasma sebesar 95% (non-pengikatan terbatas).
c.
Metabolisme
Hampir seluruh Bromhexine di metabolisme
menjadi berbagai metabolit yang terhidroksilasi dan asam dibromanthranilic.
Semua metabolit dan Bromhexine itu sendiri sebagian besar akan terkonjugasi
dalam bentuk N-glucuronides dan 0 glucuronides. Tidak ada petunjuk secara
substansial terhadap perubahan pola metabolisme oleh Oksitetrasiklin,
Sulfonamid, atau Eritromisin. Sehingga tidak mungkin ada interaksi yang relevan
dengan substrat CYP 450 2C9 atau 3AA.
d.
Eliminasi
Setelah pemberian secara i.v. Bromhexine
merupakan obat dengan rasio ekstraksi tinggi dalam kisaran aliran darah
hepatik, 843 – 1073 mL/menit yang akan menghasilkan variabilitas antar-dan
intra-individual tinggi (CV > 30%). Radioaktivitas dalam urin ditemukan
setelah pemberian Bromhexine radiolabelled sekitar 97.4 ± 1.9% dari dosis,
dengan kurang dari 15 sebagai senyawa induk. Konsentrasi plasma Bromhexine
menunjukkan penurunan multi eksponensial. Setelah pemberian oral dosis tunggal
antara 8 dan 32 mg, eliminasi terminal paruh berkisar antara 6.6 dan 31.4 jam.
Waktu paruh relevan untuk memprediksi farmakokinetik dosis ganda sekitar 1 jam,
sehingga tidak ada akumulasi yang terlihat setelah beberapa dosis.
3.
Indikasi :
4.
Dosis :
Bisolvon Elixir
|
Dewasa dan Anak > 10 tahun : 3 x 10
mL per hari.
Anak 5 – 10 tahun : 3 x 5 mL per hari. Anak 2 – 5 tahun : 2 x 5 mL per hari. Atau sesuai dengan petunjuk dokter. |
Bisolvon Kids (sirup 4 mg/mL)
|
Dewasa dan anak > 10 tahun : 3 x 10
mL per hari.
Anak 5 – 10 tahun : 3 x 5 mL per hari. Anak 2 – 5 tahun : 2 x 5 mL per hari Atau sesuai dengan petunjuk dokter. |
5.
Kontraindikasi : Bisolvon
tidak boleh digunakan oleh penderita yang hipersensitif terhadap Bromhexine HCl
atau komponen lain dalam formula.
Pada kasus tertentu yang sifatnya jarang yaitu kondisi dimana terdapat ketidakcocokan dengan zat tambahan yang terkandung dalam produk obat tersebut, penggunaan produk dikontraindikasikan (lihat pada bagian “Peringatan dan Perhatian“).
Pada kasus tertentu yang sifatnya jarang yaitu kondisi dimana terdapat ketidakcocokan dengan zat tambahan yang terkandung dalam produk obat tersebut, penggunaan produk dikontraindikasikan (lihat pada bagian “Peringatan dan Perhatian“).
6.
Efek samping : Gangguan
sistem kekebalan tubuh, gangguan jaringan kulit dan subkutan, dan gangguan
pernapasan, mediastinum dan torak: reaksi anafilaksis termasuk syok
anafilaktik, angioedema, bronkospasme, ruam, urtikaria, pruritus, dan hipersensitivitas
lainnya. Gangguan Saluran Cerna: Mual, muntah, diare dan sakit pada perut
bagian atas.
d). FARMAKOLOGI ANTIHISTAMIN
1.
Komposisi : azatadin,
azelastin, buklizin, setrizin, klemastin
2.
Cara kerja obat :
Secara
selektif mnghambat efek histamin di tempat reseptor histmin 1, menurunkan
respons alergi.
3.
Indikasi : alergi
musiman, rinitis alergi, asma
4.
Kontraindikasi : pasien
dengan kerusakan ginjal atau hati,
5.
Dosis :
Nama
obat
|
Dosis
umum
|
Indikasi
umum
|
Azelastin(astelin)
|
dua
semprotan di setiap lubang hidung b.i.d
|
Meredakan
gejala rinitis alergi musiman dan tahunan
|
Buklizin
(Bucladin-S)
|
50-150
mg/hari PO ; gunakan secara hati-hati pada pasien lansia
|
Meredakan
mual dan muntah yang terkait dengan motion sickness
|
Setrizin
(reactin)
|
Dewasa
dan pediatrik > 6 tahun : 5-10 mg/hari PO ; gunakan 5 mg pada kondisi
kerusakan hati atau ginjal
Pediatrik
2-5 tahun : 2,5 mg PO setiap 12 jam atau 5 mg/hari PO
|
|
6.
Efeksamping : rasa
mengantuk dan sedasi, mukosa saluran napas dan GI menjadi kering, mual,
aritmia, gatal-gatal.
e.
FARMAKOLOGI
ATROVENT
1. Kandungan
: Ipratropium bromide / Ipratropium Br
2. Indikasi
: Kelainan berupa penyumbatan kronis saluran pernafasan dengan bronkospasme
yang bersifat reversible seperti asma bronchial dan terutama bronchitis kronik
dengan atau tanpa emfisema.
3. Kontraindikasi
: Hipersensitif terhadap zat atau substansi yang mirip atropine.
4. Indeks
keamanan pada wanita hamil
Baik
penelitian reproduksi hewan tidak menunjukan risiko pada janin maupun
penelitian terkendali pada wanita hamil atau hewan coba tidak memperlihatkan
efek merugikan (kecuali penurunan kesuburan) dimama tidak ada penelitian
terkendali yang mengkonfirmasi risiko pada wanita hamil semester pertama (dan
tidak ada bukti risiko pada trimester selanjutnya).
5. Dosis
Dewasa
dan anak-anak.
Pengobatan
sementara (sebentar-bentar/terputus-putus) dan pengobatan jangka panjang :3-4
kali sehari 2 hembusan. Untuk terus menjaga agar bebas dari gejala-gejala
bronkospasme, inhalasi dilanjutkan dengan jarak tiap 4 jam secara teratur.
Dosis rumat/pemeliharaan : maksimal 12 hembusan /hari
|
f.
FARMAKOLOGI
VENTOLIN
1.
Komposisi
: Salbutamol Sulfat.
2.
Indikasi : Pengobatan & pencegahan asma
bronkhial.
Pengobatan
pada kondisi lain seperti bronkhitis & emfisema, yang berhubungan dengan
penyumbatan saluran pernafasan yang bersifat reversibel.
Terapi
pemeliharaan rutin pada asma kronis dan bronkhitis kronis
3.
Dosis
Dewasa :
|
Bronkhospasme akut dan penanganan
episode intermiten pada asma : 1-2 hembusan sebagai dosis tunggal.
Pemeliharaan menahun atau sebagai pencegahan : 3-4 kali sehari 2 hembusan.
Untuk mencegah bronkhospasme yang
dipicu oleh latihan/gerak badan yang berlebihan : 2 hembusan sebelum latihan
(olahraga).
|
Anak-anak :
|
Bronkhospasme akut, penanganan
saat asma atau sebelum olahraga : 1 hembusan.
Pencegahan atau pemeliharaan rutin
: 3-4 kali sehari 1 hembusan.
Dosis ini dapat ditingkatkan sampai 2 hembusan jika perlu. |
g.
FARMAKOLOGI
COMBIVENT
1.
Combivent inhalasi
Aerosol adalah kombinasi dari bronkodilator antikolinergik, bromide ipratropium,
dan bronkodilator beta2-adrenergik, albuterol sulfat.
2. Mekanisme
Kerja
1. Bromide
ipratropium
Bromide
ipratropium adalah antikolinergik (parasympatholytic) agen yang, berdasarkan
pada penelitian hewan, tampaknya menghambat refleks yang dimediasi oleh aksi asetilkolin, zat transmitter dirilis di
persimpangan neuromuskular di paru-paru. Antikolinergik mencegah peningkatan
konsentrasi intraseluler Ca ++ yang disebabkan interaksi asetilkolin dengan
reseptor muscarinic pada otot polos bronkus.
2. Albuterol
sulfat
Dalam
studi vitro dan in vivo studi farmakologi telah menunjukkan bahwa albuterol
memiliki Efek preferensial pada reseptor beta2-adrenergik dibandingkan dengan
isoproterenol. Sementara itumengakui bahwa reseptor beta2-adrenergik adalah
reseptor dominan pada bronkus halus otot, data terakhir menunjukkan bahwa ada
populasi beta2-reseptor di hati manusia yang terdiri antara 10% dan 50% dari
reseptor beta-adrenergik jantung. Fungsi reseptor ini, bagaimanapun, belum
ditetapkan (lihat PERINGATAN).
3.
Indikasi : Untuk
digunakan pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) pada
bronkodilator aerosol biasa yang terus memiliki bukti bronkospasme dan yang
membutuhkan bronkodilator kedua.
4.
Kontraindikasi : Pada pasien
dengan riwayat hipersensitivitas terhadap kedelai lesitin atau produk makanan
terkait seperti kedelai dan kacang tanah. Combivent Inhalasi Aerosol juga
kontraindikasi pada pasien hipersensitif terhadap komponen lain dari produk
obat atau atropin atau turunannya.
5. Peringatan
1.Bronkospasme
paradoks: Combivent Inhalasi Aerosol dapat menghasilkan bronkospasme paradoks
yang dapat mengancam kehidupan. Jika itu terjadi, persiapan harus dihentikan
segera dan terapi alternatif dilembagakan. Harus diakui bahwa bronkospasme
paradoks, bila dikaitkan dengan formulasi inhalasi, sering terjadi dengan
penggunaan pertama dari tabung baru.
2.Kardiovaskular
Efek: The albuterol sulfat yang terkandung dalam Combivent Inhalasi Aerosol,
seperti agonis beta-adrenergik lainnya, dapat menghasilkan efek kardiovaskular
yang signifikan secara klinis pada beberapa pasien, yang diukur dengan denyut
nadi, tekanan darah dan / atau gejala. Jika gejala ini terjadi, penghentian
obat dapat diindikasikan. Ada beberapa bukti dari data pasca-pemasaran dan
literatur yang diterbitkan kejadian langka iskemia miokard berhubungan dengan
albuterol. Selain itu, agen beta-adrenergik telah dilaporkan untuk menghasilkan
elektrokardiogram (EKG) perubahan, seperti mendatarkan gelombang T,
perpanjangan interval QTc, dan depresi segmen ST. Oleh karena itu, Combivent
Inhalasi Aerosol harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan gangguan
kardiovaskular, insufisiensi terutama koroner, aritmia jantung dan hipertensi.
3.
Jangan Melebihi Dosis Rekomendasi: Kematian telah dilaporkan dalam hubungan
dengan penggunaan berlebihan obat simpatomimetik inhalasi, pada pasien dengan
asma. Penyebab pasti kematiannya tidak diketahui, namun serangan jantung
menyusul perkembangan tak terduga dari krisis asma akut dan hipoksia
selanjutnya diduga.
4.
Reaksi hipersensitivitas Segera: reaksi hipersensitivitas segera dapat terjadi
setelah pemberian ipratropium bromida atau albuterol sulfat, seperti yang
ditunjukkan oleh urtikaria, angioedema, ruam, bronkospasme, anafilaksis, dan
edema orofaringeal. Jika reaksi seperti itu terjadi, terapi dengan Combivent
Inhalasi Aerosol harus dihentikan sekaligus dan pengobatan alternatif harus
dipertimbangkan.
3.6.
Tujuan :
Memberikan obat
inhalasi ke dalam mukosa dan aliran darah untuk mengatasi gawat napas.
3.7.
Alat :
1. Set
nebulizer (cangkir, selang, kap, selang bentuk T, mouthpiece atau masker)
2. Obat
3. Salin
4. Kompresor
udara, udara dinding atau dinding oksigen
5. Inhaler
dengan dosis terukur
6. Alat
peruang, seperti aerochamber (jika di
indikasikan)
3.8.
Proses Keperawatan
PENGKAJIAN
Pengkajian harus berfokus pada
hal-hal berikut:
1.
Status pernapasan
klien, termasuk kondisi yang mendasari perlunyapenggunaan obat nebulasi.
2.
Alergi obat atau
sensitivitas terhadap lateks (jika menggunakan sarung tangan karet).
3.
Kemampuan klien
menggunakan nebulizer atau inhaler dosis terukur.
4.
Pengetahuan klien
mengenai obat dan penggunaan nebulizer atau inhaler disisi terukur (meter-dose
inhaler).
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosa
keperawatan yang muncul antara lain:
1.
Gangguan pertukaran gas
yang berhubungan dengan sumbatan jalan napas.
2.
Ketidakefektifan pola
napas yang dengan spasme jalan napas.
3.
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas yang berhubungan dengan produksi mukus yang berlebihan.
IDENTIFIKASI HASIL dan
PERENCANAAN
Hasil
yang diharapkan. Contoh hasil yang diharapkan antara lain :
1.
Klien akan mengalami
perbaikan pertukaran gas dengan nilai oksimetri nadi dalam batas normal.
2.
Pola napas klien akan
membaik setelah terapi, dengan frekuensi napas 18-20x per menit.
3.
Klien mendemonstrasikan
dengan benar penggunaan nebulizer atau inhaler dosis terukur.
PERTIMBANGAN KHUSUS
dalam PERENCANAAN dan IMPLEMENTASI
1.
Umum
Dorong
klien untuk melakukan praktek higienis oral yang baik setelah menggunakan
nebulizer. Amati adanya tanda-tanda infeksi jamur(mis,ada bercak putih).
Instruksikan klien untuk membilas mulutnya dengan air atau dengan larutan yang
di programkan setelah menggunakan nebulizer.
2.
Pediatrik
Anak
mungkin akan menangis jika mereka melihat uap dari alat nebulizer. Tetapi
menangis justru bermanfaatkarena meningkatkan kesempatan obat masuk kedalam
jalan napas dan paru. Gunakan masker bukan muothpiece untuk bayi dan anak yang
masih kecil untuk memfasilitasi inhalasi. Untuk memberikan waktu tambahan
inhalasi, gunakan spacer pada anak kecil yang belum memiliki keterampilan
manual atau kemampuan untuk mengatur penekanan camster dan inhalasi pada saat
bersamaan.
3.
Geriatrik
Gunakan
masker bukan mouthpiece pada klien lansia yang mengalami ketidakmampuan seperti
artritis, yang mengalami kesulitan menggunakan nebulizer. Untuk memberi waktu
tambahan untuk inhalasi, gunakan spacer pada klien lansia yang tidak memiliki
kemampuan manual dan kemampuan untuk mengoordinasi penekanan kanister dan
inhalasi pada saat bersamaan.
4. Pendelegasian
Sebagai
standar dasar, penyiapan obat, penyuluhan, dan pemberian obat dilakukan oleh
perawat vokasional yang berlisensi. Beberapa obat hanya boleh di berikan oleh
perawat terdaftar atau terapis pernapasan. Semua perawat terdaftar harus
mengamati reaksi yang tidak menguntungkan jika obat berpotensial menimbulkan
efek samping. Kebijakan bervariasi bergantung padamasing-masing institusi dan
negara bagian. Pastikan membaca kebijakan khusus institusi tentang rute
pemberian dan obat sebelum mendelegasikan prosedur pemberian obat!
IMPLEMENTASI
Penggunaan nebulizer tangan
Tindakan
|
Rasional
|
1. Jelaskan
kepada klien penggunaan nebulizer
|
1. Meningkatkan
kepatuhan
|
2. Cek
program dokter
|
2.
Memastikan bahwa dosis yang benar di
berikan kepada pasien yang benar
|
3. Cuci
tangan
|
3.
Mengurangi transfer mikroorganisme
|
4. Tuang
semua dosis obat ke dalam mangkuk nebulizer
|
4.
Memastikan keakuratan dosis obat
|
5. Tutup
mangkuk dengan kap dan kencangkan ujung T-piece ke kap sambungkan selang besar ke ujung T-piece dan
kencangkan mouthpiece ke ujung
T-piece lain. Jangan menyentuh bagian dalam mouthpiece
|
5.
Memberikan ruang hampa untuk mencegah
udara ruang masuk ke dalam sistem dan aerosol obat keluar; mencegah terpajan
mikroorganisme
|
6. Sambungkan
slang oksigen ke dasar mangkuk nebulizer dan sambungkan ujung lainnya ke
sumber penekanan udara.
|
6.
Menyediakan saluran untuk udara yang
di tekankan
|
7. Atur
oksigen dinding 6L/menit atau kurang sesuai dengan yang di programkan dan
nyalakan tombol oksigen sampai obat mulai membentuk uap. Biarkan selama 10-15
menit, sampai semua obat terinhilasi.
|
7.
Memberikan oksigen dosis rendah dalam
terapi; aliran udara dapat mengubah obat ke dalam bentuk aerosol
|
8. Instruksikan
klien bernapas dengan bibir mengelilingi mouthpiece; jika menggunakan masker,
pastikan bahwa masker di pasang dengan benar ke wajah klien dan dorong klien
untuk bernapas pelan dan dalam melalui mulut dan di keluarkan melalui hidung
|
8.
Memfasilitasi kemanjuran obat;
meningkatkan transfer obat ke dalam paru
|
9. Jika
obat sudah selesai, lakukan higienis tangan dan pasang sarung tangan
|
9.
Mengurangi transfer mikroorganisme
|
10. Buka
sambungan slang dari sumber tekanan udara dan mangkuk nebulizer. Jika
menggunakan nebulizer sekali pakai, buang nebulizer ke tempat pembuangan yang
tepat. Jika nebulizer akan di gunakan kembali, cuci secara hati-hati
menggunakan air sabun, bilas, dan keringkan komponen nebulizer
|
10. Mengurangi
transfer mikroorganisme
|
11. Amati
klien selama beberapa menit untuk mengkaji respon terhadap obat
|
11. Mengamati
kemungkinan adanya efek samping
|
12. Buka
sarung tangan dan cuci tangan
|
12. Mengurangi
transfer mikroornanisme
|
13. Dokumentasikan
prosedur dengan tepat
|
13. Menyediakan
aspek legal dokumentasi pemberian obat
|
Pemberian inhalasi
dosis terukur
Tindakan
|
Rasional
|
1. Buka
kap penutup dan pegang inhaler menghadap ke atas
|
1.
Sebagai teknik pemberian obat yang
benar
|
2. Kocok
inhaler dan sambungkan spacer/aerochamber (pilihan)
|
2.
Mencampur obat dengan benar
|
3. Instruksikan
klien untuk menekukkan kepala agak kebelakang dan mengeluarkan napas
|
3.
Memungkinkan pemberian obat dengan
benar
|
4. Posisikan
inhaler dalam mulut klien dengan bibir tertutup rapat
|
4.
Sebagai teknik pemberian obat yang
benar
|
5. Tekan
inhaler ke bawah untuk mengeluarkan obat saat klien mulai mengambil napas.
Intruksikan klien untuk bernapas secara perlahan
|
5.
Mendistribusikan obat ke dalam paru
|
6. Instruksikan
klien untuk bernapas secara perlahan selama 3 sampai 5 detik; bernapas lebih
dalam dan panjang dapat dilakukan jika menggunakan spacer. Jika tiupan kedua
di programkan, ulangi pemberian obat setelah klien mengeluarkan napas penuh
setelah pemberian pertama. Jika obat dalam bentuk kapsul bubuk kering, minta
klien menutup mulutnya rapat-rapat mengelilingi mouthpiece dan tarik napas
dengan cepat
|
6.
Meningkatkan distribusi obat ke dalam
paru, memberikan seluruh obat yang di programkan dan mencegah ada obat yang
tidak di berikan
|
7. Tutup
kembali obat dan simpan di tempat yang sesuai.
|
7.
Memungkinkan untuk penggunaan
selanjutnya
|
8. Amati
klien selama beberapa menit untuk mengkaji respon klien terhadap obat
|
8.
Mengamati kemungkinan adanya efek
samping
|
9. Buka
sarung tangann dan cuci tangan
|
9.
Mengurangi transfer mikroorganisme
|
10. Dokumentasikan
prosedur dengan tepat
|
10.
Menyediakan catatan legal pemberian
obat
|
Evaluasi
Apakah hasil
yang diharapkan tercapai? Contoh evaluasi antara lain:
1.
Hasil tercapai : Klien mengatakan bahwa kondisi pernapasannya
mengalami perbaikan.
2.
Hasil tercapai : Klien
tidak memperlihatkan tanda dan gejala gawat napas.
3.
Hasil tercapai : Klien mendemonstrasikan penggunaan nebulizer
atau inhaler dosis terukur dengan benar.
Dokumentasi
Hal-hal yang
harus dicatat pada lembar laporan klien antara lain:
1.
Nama, jumlah, dan rute
obat yang di berikan.
2.
Tujuan pemberian obat
jika diberikan hanya pada saat diperlukan.
3.
Data pengkajian yang
relevan dengan tujuan pengobatan.
4.
Efek obat pada klien.
5.
Penyuluhan tentang
penggunaan obat atau teknik penggunaann obat secara mandiri.
4.
AGD (ANALISIS GAS DARAH)
4.1. Pengertian :
1. Analisis gas darah :
Pemeriksaan untuk mengukur keasaman (pH), jumlah oksigen dan karbondioksida
dalam darah. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi kerja paru-paru
dalam menghantarkan oksigen ke dalam sirkulasi darah dan mengambil
karbondioksida dari dalam darah. Analisis gas darah meliputi pemeriksaan PO2,
PCO3, pH, HCO3, dan saturasi O2. (Silviana, 2005)
2. Analisis gas darah :
Tes yang digunakan untuk mengidentifikasi gangguan asam-basa spesifik dan
tingkat kompensasi yang telah terjadi. (SMELTZER, Suzanne G, 2002).
3. Anaalisa gas darah adalah suatu pemeriksaan melalui daerah
arteri dengan tujuan mengetahui keseimbangan asam dan basa dalam tubuh,
mengetahui kadar oksigen dalam tubuh dan mengetahui kadar karbondioksida dalam
tubuh. (Pratiwi, anggi 2010)
Kesimpulan
AGD adalah suatu pemeriksaan untuk mengidentifikasi
keseimbangan asam basa, kadar oksigen dan tingkat kompensasi dari darah.
4.2.
Tujuan :
Tujuan
dilakukan analisa gas darah adalah untuk mengetahui:
- pH darah
- Tekanan parsial Karbon Dioksida (PCO2)
- Bikarbonat (HCO3-)
- Base excess/deficit
- Tekanan Oksigen (PO2)
- Kandungan Oksigen (O2)
- Saturasi Oksigen (SPO2)
4.3. Indikasi dari AGD
1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
2. Pasien dengan edema pulmo
3. Pasien akut respiratori distresa sindrom
4. Infark miokard
5. Pneumonia
6. Klien syok
7. Post pembedahan coronary arteri baypass
8. Resusitasi cardiac arrest
9. Klien dengan perubahan status respiratori
10. Anestesi yang terlalu lama
4.4. Kontraindikasi :
Pengambilan darah arteri tidak dilakukan pada pasien yang sedang menjalani terapi anti koagulan dan pasien dengan riwayat gangguan pembekuan darah.
4.5.
Komplikasi AGD
- Adanya risiko jarum mengenai periosteum tulang yang
kemudian menyebabkan pasien mengalami kesakitan. Hal ini akibat dari
terlalu menekan dalam memberikan injeksi.
- Adanya risiko jarum melewati dinding arteri yang
berlainan.
- Adanya kemungkinan arterial spasme sehingga darah tidak
mau mengalir masuk ke syringe.
4.6.
Prosedur
1. Alat yang
diperlukan untuk pengambilan darah arteri adalah :
1.
Antiseptik
(kapas alkohol)
2.
Kassa steril
3.
Spuit
yang steril ukuran 3 cc
4.
Heparin
5.
Kontainer
atau es
6.
Label
spesimen
7.
Sarung
tangan
8.
Pengalas
9.
Bengkok
10.
Plester
dan gunting
11.
Betadin
2. Persiapan
1.
Cek
catatan medic, meliputi : Alasan
pengambilan spesimen darah.
2.
Riwayat
faktor risiko perdarahan : Terapi antikoagulan, gangguan perdarahan, jumlah
trombosit yang rendah.
3.
Faktor
kontra indikasi dilakukan penusukan pada arteri atau vena : Infus intra vena
atau keadaan setelah radikal mastektomi.
4.
Siapkan
formulir laboratorium
5.
Cuci
tangan
6.
Siapkan
alat dan bahan
3. Pelaksanaan
1.
Beri
salam, panggil pasien dengan namanya.
2.
Jelaskan
tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan dilakukan kepada klien.
3.
Beri
kesempatan pada klien untuk bertanya.
4.
Menanyakan
keluhan utama klien
5.
Memulai
tindakan dengan cara yang baik.
6.
Jaga
privacy klien.
7.
Dekatkan
peralatan pada klien.
8.
Atur
posisi klien agar nyaman
9.
Identifikasi
tempat penusukan.
10.
Posisikan
klien dengan lengan ekstensi dan telapak tangan menghadap ke atas.
11.
Letakkan
pengalas.
12.
Pakai
sarung tangan.
13.
Palpasi
arteri radial dan brakial dengan jari tangan. Tentukan daerah pulsasi maksimal.
14. Lakukan test Allen: pengkajian cepat sirkulasi kolateral pada
tangan. Caranya dengan sumbat kedua arteri radialis dan ulnaris dengan jari
tangan pemeriksa. Mintakan klien untuk mengepalkan tangannya. Jika klien
membukakan kepalan tangannya pada kedua arteri yang tersumbat, maka tangan
klien akan pucat. Jika pemeriksa melepaskan sumbatan dari salah satu arteri,
tangan klien seharusnya berwarna merah muda yang menandakan adanya sirkulasi
kolateral. Kaji potensi kedua arteri dengan cara ini secara bergantian jika
sirkulasi kolateral kuat maka darah arteri radialis boleh diambil.
15. Stabilisasikan arteri radial dengan melakukan hiperekstensi
pergelangan tangan; stabilisasi arteri brakialis dengan melakukan hiperekstensi
siku.
16. Disinfeksi daerah penusukan di sekitar pulsasi maksimal
dengan kapas alkohol dengan gerakan sirkuler dari dalam ke luar atau dengan
usapan satu arah.
17. Pegang kapas akohol dengan jari tangan dan palpasi pulsasi
lagi.
18. Pertahankan jari tangan di daerah proksimal dan daerah
penusukan.
19. Masukkan jarum, dengan sudut 45-90 derajat (sesuai dengan
lokasi), langsung ke dalam arteri.
20. Perhatikan masuknya darah ke dalam spuit yang terlihat
seperti "denyutan". Hentikan menusukkan jarum lebih jauh bila
terlihat "denyutan" tersebut.
21. Pertahankan posisi dan tunggu sampai terkumpul 2-4 ml (atau
sesuai kebutuhan) darah ke dalam spuit.
4.7.
Nilai Normal Hasil Analisis Gas Darah Arteri
Fungsi pernapasan
|
Pengukuran
|
Nilai Normal
|
Keseimbangan asam basa
|
pH : konsentrasi ion hidrogen
|
7,35 – 7,45
|
|
PaO2 : tekanan parsial kelarutan
oksigen di dalam darah
|
80 – 100 mmHg
|
Oksigenasi
|
SaO2 : persentase ikatan oksigen
dengan hemoglobin
|
95 % - atau lebih
|
Ventilasi
|
PaCO2 : tekanan parsial kelarutan
karbondioksida dalam darah
|
35 – 45 mmHg
|
|
Ph
|
PaCO2
|
HCO3
|
Asidosis
Respiratork
|
↓
|
↑
|
↑
|
Alkalosis
Respiratorik
|
↑
|
↓
|
↓
|
Asidosis
Metabolik
|
↓
|
↓
|
↓
|
Alkalosis
Metabolik
|
↑
|
↑
|
↑
|
4.8.
Cara
Membaca Hasil AGD
Is 1xbet Korean Bet Worth Playing? - Legalbet
BalasHapusIs 1xbet korean betting 바카라 legal? — › online › betting › choegocasino online › betting This site is not associated with nor are any reviews of 1xbet.org. The information on this website 1xbet is not 100% reliable.